Rabu, 29 Januari 2014

ANAK KOS? BAGAIMANA YA?

Diposting oleh Icha Tisa di 07.31 2 komentar


Huaa gak terasa yaa semester 2 sudah menyongsong. Padahal rasanya baru kemarin naik kereta api dari kota kelahiran hijrah ke London  maksudnya ke kota pelajar, Yogyakarta. Waktu itu dua minggu sebelum berangkat ke sana udah cemas, badan panas dingin kayak mau disuntik pakai jarum suntik berbagai ukuran. Udah kebayang nanti di sana gimana ya? Jauh dari orangtua, jauh dari sanak saudara, pisah sama gebetan  teman-teman. Galau badai hujan salju deh pokoknya.
Sebenarnya saya gak berniat untuk membuka kembali lembaran lama yang telah lalu karena biarlah masa lalu jadi hiasan kehidupan (cielaah puitis banget sih) tapi berhubung kemarin saya ketemu adik kelas di SMA tercinta yang nanya-nanya tentang universitas sama bagaimana rasanya jadi anak kos jadi baiklah mari kita kupas awal jadi anak kos yang sendu itu ceritanya. Lagi-lagi berhubung saya bingung mulai cerita dari sebelah mana, jadi ceritanya mau saya bikin Question and Answer saja ya.

Q. Bagaimana rasanya saat akan meninggalkan kampung halaman pertama kalinya???
A. Rasanya tuh gado-gado campur aduk. Antara senang, sedih, gembira, galau dijadikan satu adonan. Sebelum pada nanya kok bisa gitu? Lebih baik saya jelaskan sekalian. Gembira? Jelas banget dong udah lulus SMA udah gak usah pakai seragam, pertanda siap melanjutkan langkah menapaki tangga yang lebih tinggi. Namanya anak kos, jauh dari keluarga. Kita mau main terus, belajar 24 jam non-stop orangtua gak bakal tahu dan lihat langsung. Saya gembira karena artinya orangtua udah ngasih amanah dan percaya anaknya gak bakal semena-mena di kota orang. Haha ya selain itu jadwal hidup jadi lebih longgar. Jadi anak kos tuh gak bakal ada yang bangunin pagi buta, atau yang ngomelin kamu. Tapi ini juga yang bikin sedih, kelamaan di kos bikin kangen juga diomelin orang tua dan dibangunin sama mama atau papa. Kebayang biasanya pulang sekolah pulang ke rumah udah tersedia makanan tinggal langsung makan. Pokoknya kebayang lagu yang masak-masak sendiri,makan makan sendiri nyicipin baju pun sendiri. Itu tuh cerita anak kos banget deh.


Q. Bagaimana cerita awal sampai di kota pelajar? Adaptasinya bagaimana?
A. Sebenarnya aku udah sering bahkan keseringan main ke Yogyakarta. Tapi, dasar niat nya main dan liburan doang jadi meski dari kelas 3 SD bolak balik ke Yogyakarta tetap aja sampai hari ini belum paham bener dan hapal jalan di sana. Walhasil satu semester 1 belum pernah bawa motor keluar arena yang jauh sampai Malioboro. Beraninya masih dibonceng haha. Tapi walaupun belum hapal jalan aku cukup paham arena Yogyakarta makanya awal sampai di sana udah tahu mesti naik apa ke kos dan gak terlalu bengong karena jalur bus yang lewat kampus aku lumayan tahu. Karena Aku emang dasar kepo maka baru dua hari jadi anak kos udah so tahu ngajak sobatku yang sekampung sekos pula jalan ke Malioboro pakai bus dan keliling kampus padahal waktu itu Aku belum tahu lhoo arena kampus dan fakultasku. Prinsipnya sih so tahu aja nyasar juga masih di
Indonesia gak usah ribet.


Q. Senangnya jadi anak kos apa Teh Ica?
A. Senangnya jadi anak kos itu lebih bebas,asal kebebasan ya gak disalahgunakan. Contohnya dulu
pas SMA pulang jam 5 sore setelah rapat organisasi waah siap-siap saja diberi kuliah umum gratis. Sekarang malam minggu ada rapat selesai jam 19.30 pun aman saja,orangtua telpon bilang jujur dan horee ternyata aman gak ada kuliah gratis. Terus tidur jam berapa pun gak ada yang larang. Mau tidur jam 10 malam atau begadang ngerjain tugas,belajar, nonton sampai jam 2 malam pun bebas. Ya sadar diri juga kitanya besok kuliah pagi mau begadang sampai Shubuh ya keterlaluan juga. Kita juga bisa kenal sama orang-orang baru yang notabene tetangga kos kita. Selain itu kita belajar untuk memilah orang yang bisa dikasih kepercayaan lebih untuk berbagi cerita di tanah rantau.

Q. Terus gak enaknya jadi anak kos apa?

A. Seperti yang sudah ku sebut tadi segalanya sendiri . Mesti belajar mandiri, jauh dari orangtua pintar-pintar memanage waktu,uang segalanya deh pokoknya.


Q. Suka homesick gak?
A. Homesick itu wajar kali yaa apalagi buat yang belum pernah jauh dari orang tua dan Rumah. Sebulan pertama teman belum banyak belum lama jadi anak kos hampir setiap hari homesick. Nyantai aja kalau kena serangan homesick kalau aku SMS orang rumah, tapii waspada bila homesick tak kunjung sembuh. Sekarang sih kadang saja homesick nya.

Q. Caranya biar gak sering kena homesick?
A. Setiap orang Punya caranya untuk menghilangkan homesick. Temukan teman sebanyak mungkin, sesama perantau rasa persaudaraan tuh bakal tumbuh lhoo, buat yang kotanya punya perkumpulan mahasiswa enak banget tuh kalau homesicknya parah kumpul bareng atau main ke asrama daerah.

Q. Teteh tipsnya dong biar gak sering homesick dan bisa adaptasi!
A.  Ini tips subjektif lho tiap orang bisa berbeda ini caraku membunuh penyakit homesick. Pertama ingat tujuan kita mau kuliah, kalau diam terus di kampung halaman sampai akaran juga mimpimu cuma mimpi. Terus cari teman dekat yang bisa diajak berbagi maksudku teman dekat artian sahabat yaa bukan pacar. Yang sekos sih kalau bisa kalau gak yang kosnya dekat maupun yang sejurusan. Hapus rasa malu berlebihan buat kenal sama teman baru. Aku lhoo dulu tuh malu nyapa duluan tapi karena tuntutan diri yaa mulai bisa berani kenal cari teman. Kenali lingkunganmu, bisa tanya ke seniormu bisa juga jalan-jalan sekalian cari udara segar.

Naaaah segitu dulu ceritanya lain kali disambung lagi. Ada yang mau ditanyakan?

Senin, 27 Januari 2014

MAAF BUKAN KITA

Diposting oleh Icha Tisa di 06.46 0 komentar
Kamu terlambat mas,sepatah kalimat itu yang mampu kuucap dalam hati saat melihatmu kembali sore itu. Di teras depan rumah. Tempat yang dulu sering menjadi saksi bisu penantian kosongku. Saat aku masih mempercayai semua janji indahmu,ya aku memang masih polos ketika itu. Begitu juga dengan kau kan mas? Aku menikmati semua itu. Menghabiskan waktu berjam-jam berbincang hal yang tidak penting. Bermain kata-kata bersamamu, ataupun sekedar melihat kamu yang sedang terdiam memikir kan sesuatu yang aku tidak tahu.

Semua memang berlalu begitu cepat. Empat tahun sudah berlalu sejak pertemuan terakhir kita di terminal bus kota. Kala itu aku berharap ada kejelasan kata-kata darimu. Tapi kita malah membicarakan kenangan masa remaja kita. Aku tak berani memulai, hatimu terlalu misterius untuk ditebak. Raut mukamu menyiratkan ketidakrelaan saat aku bersama yang lain padahal orang itu adalah sahabatmu juga bukan? Saat itu kau sibuk membicarakan pula rencana masa depanmu yang kau tulis rapi di selembar kertas.

 "Rin, pokoknya empat tahun dari sekarang kita mesti udah lulus. Kita kejar beasiswa ke luar negeri. Sekolah bareng, sekampus. Bayar semua kangen yang empat tahun bakal kita lewati tanpa ada satu sama lain." Ucapmu ketika itu.
"Memangnya aku siapamu? Beneran bakal kangen nih?" Ujarku sembari melempar tawa seolah itu candaan dua sahabat meskipun sebenarnya itu pertanyaan yang nyata kutujukan padamu.
"Kangen dong jelas, ya kamu kan sahabatku." Jadi aku cuma sahabatmu saja gak lebih.
"Maafin aku ya gagal mendapat tempat di kampus yang sama maaf kita pisah kota. Tetap kabarin Aku ya Rin." Ucapmu sebelum bus antar kota itu membawamu pergi mas.

Hanya sebulan kamu pegang janjimu. Setelah itu kau hilang tanpa kabar. Aku tetap setia mengabarimu. Walau pesan itu tak terbalas. Kamu bilang sibuk kuliah, belajar, organisasi? Sesibuk itukah hingga tak ada waktu sedikit saja untukku. Kamu yang berjanji menjaga komunikasi kamu pula yang lebih dulu ingkar, iya sih cuma sahabat.

Setahun penantianku masih bersisa. Dia datang, saat kenangan tentangmu hampir kuhapus. Kehangatan dan cerita yang dia bawa menyusup ke celah hatiku. Semua berjalan perlahan memang. "Mau gak kamu barengan lewati hari sama aku?" Mulai saat itu kamu resmi aku tutup dari lembaran sejarah.

"Rin, apa benar lelaki di foto itu kekasihmu?" Matamu masih sama mas sayang hatiku sudah tak terpesona lagi.
"Iya dia orang yang menemaniku kini."
"Mengapa kamu tak menungguku? Beri aku kesempatan lagi."
"Maaf mas untuk apa aku terus menunggu seseorang yang bahkan tidak berani mengatakan kedekatan kita yang sebenarnya seperti apa dulu. Kamu bilang dulu cuma sahabat. Maaf aku memilihnya." Ya aku memang memilih dia ketimbang kamu. Aku dan dia adalah kami, tapi kau dan aku bukan kita.




[+/-]

ANAK KOS? BAGAIMANA YA?

[+/-]

MAAF BUKAN KITA

 

Menggapai Mimpi Copyright © 2012 Design by Antonia Sundrani Vinte e poucos