Sebenarnya film dan bukunya udah ada sejak saya SMA namun edisi bahasa Indonesia bukunya baru terbit 2014 yoook mari saya kasih sedikit bocoran bagi penggemar You Are The Apple of My Eye yang belum sempat baca bukunya.
Apa yang diceritakan pada film dan buku semi-autobiografi Giddens Ko terdapat banyak perbedaan meskipun tidak mengurangi esensi dari inti ceritanya. Suatu perjalanan cinta selama delapan tahun yang begitu mengesankan, cerita cinta yang bukan tidak mungkin pernah dialami juga oleh kita ketika masih berda di bangku sekolah.
Cerita dalam buku ini di awali pada saat Ke Jingteng dihukum oleh Guru Lai karena mencorat-coret dinding kelas pada musim panas tahun 1990 saat itu tahun-tahun itu ketika mereka masih menjadi siswa-siswi kelas seni 2A SMP Jingcheng di Changhua. Jingteng merupakan tipikal siswa yang sebenarnya cerdas namun dia malas berpikir, dia lebih suka membuat lelucon untuk teman-temannya. Jingteng yang masih kekanak-kanakkan dipaksa duduk di depan seorang siswi canti yang masuk dalam daftar salah satu yang paling pintar di kelas mereka, Shen Jiayi. Pada awalnya mereka hanya berdiam-diam saja, namun entah bagaimana awalnya Jiayi yang cerewet setiap pagi menceritakan berbagai hal kecil yang terjadi di rumahnya mulai dari hewan peliharaan hingga kartun yang ditonton oleh Jiayi. Mulanya Jingteng acuh tak acuh setiap kali diperingatkan Jiayi untuk belajar namun titik balik Jingteng bermetamorfosis dimulai ketika Guru Lai menjelaskan bahwa 15 siswa dari kelas mereka dengan peringkat terbawah akan dipindahkan ke kelas C karena adanya sustu peraturan baru. Sepertinya saat itu pula Jingteng mulai sadar bahwa dia menyukai Jiayi seperti yang dikatakannya
"Aku bengong menatap Shen Jiayi. Tiba-tiba, sesuatu yang sangat rumit mengusik hatiku. Aku yang penuh percaya diriserta selalu tertawa dan bercanda, seharusnya menolak hal ini. Namun aku tahu, aku tidak bisa menolak kebaikan hati Shen Jiayi. Disebut bodoh pun aku tak peduli karena aku tidak bisa menghindari perhatiannya yang tulus." page 42.
Bukan hanya Ke Jingteng satu-satunya murid yang menyukai Shen Jiayi namun teman-teman baik Jingteng lebih dulu menyukai Jiayi seperti A He, Liao Yinghong serta beberapa lainnya. Mereka kecuali Jingteng berusaha mendekati Jiayi dengan berbagai cara, tidak begitu dengan Jingteng yang tahu bahwa Jiayi tidak suka dengan tipikal pria-pria yang begitu terobsesi untuk mengejarnya dia berkata masih ingin berfokus belajar dan sekolah.
Awalnya saya kira orang yang Jingteng sukai selama periode 8 tahun hanya Jiayi seorang namun buku ini menceritakan kebenarannya yaitu ada seorang lagi bernama Li Xiaohua. Hal yang awalnya tidak diduga Jingteng karena dia sudah menjadi murid baik Guru Lai memutuskan memindahkan Jingteng ke belakang Li Xiaohua. Semenjak itu hubungan mereka -Jingteng dan Jiayi- tidak terlalu dekat. Jiayi lebih dekat dengan A He dan Jingteng dengan Li Xiaohua. Seperti Xiaohua memang ada perasaan pada Jingteng namun yak begitulah Jingteng dia tidak berani mengatakan apaun hanya bisa mengambil tangkai-tangkai bunga liar untuk diletakkan di meja Xiaohua. Ada kalimat yang benar-benar menyentuh saat Jingteng menceritakan dirinya kketika bersama Xiaohua.
"Pulang bersama, entah kenapa di kehidupan mana pun, kedua kata ini memiliki arti yang romantis. Bersama mewakili hal yang tidak bisa dilakukan sendiri, pulang berarti kembali ke kehangatan. Orang yang pertama kali pulang bersamamu, tidak akan kau lupakan seumur hidup."
Perjalanan Jingteng dengan Xiaohua berhenti seiring lulusnya mereka dari SMP, mereka lebih memilih jalan masing-masing meskipun pada kenyataannya Xiaohua yang meminta Jingteng menjauh dari kehidupannya, apalagi setelah teman-teman perempuan Xiaohua merasa Jingteng membuat mereka jauh dari gadis itu. Usaha Jingteng untuk mendekati kembali Xiaohua di awal masa SMA mereka pun sia-sia karena sang gadis tetap pada pendiriannya.
SMA, kedekatan Jingteng dan Jiayi mulai terjalin kembali. Mereka tidak sekelas faktanya karena Jingteng memilih masuk jurusan IPA dan Jiayi memilih kelas IPS. Hal tersebut tidak menghalangi jalan mereka untuk kembali mendekat. Jiayi yang memiliki kebiasaan tinggal di sekolah hingga malam untuk belajar secara tidak sengaja diketahui oleh Jingteng hingga Jingteg pun memutuskan untuk ikut belajar di sekolah tapi berada di kelas yang berbeda. Di SMA pula awal mereka mulai bersaing untuk melihat siapa yang memiliki nilai lebih tinggi pada mata pelajaran yang sama pada dua jurusan itu. Jingteng sih sebenarnya bagi dia kalah atau menang sama saja baginya yang penting bisa lebih sering bertemu dan dekat dengan Jiayi. Selama masa SMA pula berbagai hal Jingteng lakukan dalam upayanya mendekati Shen Jiayi. Termasuk ikut menjadi panitia acara-acara yang sebenarnya tidak terlalu menarik bagi dia, Jigteng yang awalnya tidak pandai menyani dan cuku parah dalam pelajaran seni mulai menulis lagu dan menciptakan nada. Hingga tercipta suatu lagu yang rencannanya akan dia pakai untuk mengungkapkan perasaan dia yang sebenarnya pada Jiayi setelah mereka lulus SMA.Cara yang Jingteng pakai memang terbukti ampuh Jiayi dan dia lebih dekat namun tetap saja hubungan mereka tidak jelas disebut apa.
Impian Jingteng adalah kuliah di kampus yang sama dengan Jiayi yang akhirnya puus karena Jiayi tidak diterima di kampus tersebut. Jingteng yang pantang menyerah terus mendekati Jiayi. Hubungan mereka makin sulit dideskripsikan. Ketika salah satu teman Jiayi yang jadi informan Jingteng mengabarkan kampusnya mengadakan festival perayaan ulang tahun kampus dan meminta Jingteng datang bersama Jiayi tentu saja Jingteng senang bukan kepalang. Segala hal berjalan baik sampai akhirnya suatu hal penting terjadi. Jingteng yang saat itu sudah mulai dianggi dengan sebutan Giddens mengadakan pertandingan adu jotos. Adu jotos lhoo seriusan. Dia mrasa orang-orang di kampusnya begitu membosankan karena meski hampir semua laki-laki mereka adalah jenis lelaki kutu buku. Jiayi yang mendengar hal itu langsung dari Jingteng ketika mereka bertelepon marah besar dan Jingteng tidak mau menerima kenapa pula Jiayi mesti marah padahal dalam pandangan dia itu hal keren. Kejadian itu yang membuat Jingteng memutuskan sesuatu yang sangat berat bagi hidupnya yaitu berhenti mengejar Jiayi. Keputusan yang sangat berat.
Segala kekuatan yang dia miliki telah dia pakai untuk mengejar Jiayi namun hidup herus tetap berlanjut. Maka Jingteng muai menata kembali hatinya hingga dia jadian dengan seorang gadis. Hubungan mereka bertahan hingga 8 tahun (tidak diceritakan jelas di buku ini) sebelum akhirnya mereka putus.
Titik balik dan kejujuran terungkap sesaat setelah peristiwa gempa malam itu. Jingteng panik berusaha menghubungi orang-orang terdekatnya salah satunya Jiayi. Malam itu mereka kembali mengenang tahun-tahun itu tahun-tahun ketika sebelum kejadian adu jotos itu terjadi. Pada akhirnya memang semua terungkap mereka memilik perasaan yang sama. Jingteng yang tak pernah bertanya pada Jiayi apa jawaban dari perasaannya malam itu memberanikan diri walau ya apapun jawabannya mereka sudah memiliki kehidupan masing-masing. Menyesakkan memang Jiayi ternyata juga menyukai Jingteng tapi tanpa benang merah dari dewa jodoh kata Jingteng memperjuangkan cinta itu sulit.
"Tanpa benang merah dari dewa jodoh, memperjuangkan cinta rasanya sangat sulit dan perlu melalui banyak kejadian. Aku berharap dengan tulus, "Mungkin di dunia pararel yang lain, kita bisa bersama." "...Aku sangat iri dengan mereka."ujarnya setuju"
Akhir cerita seperti yang pernah ada di fimnya memang mereka tidak bersatu karena garis jodoh mereka tidak namun cerita ini meninggalkan kesan pada hati Jingteng alias Giddens. Dia yang begitu berharga, cause You Are The Apple of My Eye.
Memang banyak perbedaan yang saya dapat dari film karena film sendari diangkat dari buku ini. Pertanyaan-pertanyaan yang waktu itu memenuhi benak saya terjawab.
Sedikit review saja untuk buku ini.
Ketika membaca buku ini saya merasa kembali pada masa-masa SMP dan SMA yang bebas, masih usil, jahil dan banyak hal lain dari masa-masa ini yang tidak terlupakan. Banyak dari kita pertama kali merasakan cinta pada akhir masa SMP atau pada saat SMA. Masa itu ketika kita masih polos, perasan itu terasa indah juga berkesan seperti yang dirasakan Jingteng. Membaca buku ini membuat saya teringat pada seseorang yang dulu pernah saya sukai di masa-masa itu. Tanpa benang merah yang menghubungkan tali jodoh memang sulit untuk bersatu. Tapi, gak nyesal baca buku ini benar-benar keren sama dengan filmnya.
Saya baru mendapat buku ini dua minggu yang lalu saat iseng cari di internet ternyata versi bahasa Indoneisa ini masih baru,Februari 2014. Saya beli dengan harga Rp 63.000,00.



