Minggu, 19 Maret 2017

JALAN PART 2 (LIKA-LIKU ANAK KEDOKTERAN)

Diposting oleh Icha Tisa di 01.36 2 komentar
Keterangan: Foto saat melakukan komuda blok Kedokteran Jiwa. Salah satu momen yang memiliki kadar kebahagiaan lebih selama di FKIK

Sudah empat tahun berlalu sejak pengumuman penerimaan mahasiswa baru di UMY, saat itu aku masih ingat jelas bagaimana momen yang terasa nano-nano antara mengharukan dan konyol terjadi ketika itu. Semua berawal dari aku bangun hampir kesiangan dan sudah hampir terlambat masuk sekolah namun, orangtuaku tiba-tiba mengingatkan bahwa hari itu adalah jadwal pengumuman hasil PMDK UMY gelombang 1. Antara penasaran dan gak pede bismilah aku buka web dan mencoba mencari namaku yang alhamdulillahnya ketemu. Terasa konyol karena jam 06.45 hampir jam tujuh kurang sepuluh aku baru berangkat dari rumah padahal jarak dari rumahku ke sekolah bisa menghabiskan waktu 15 menit menggunakan motor. Eits, tapi jangan salah punya ayah yang selalu berjiwa muda dan gak mau kalah sama anak muda yang mengendarai motor gede menyelamatkanku dari kesiangan dan kena poin. Kocak memang jika mengingat hal itu kembali. Saat ini ketika jari-jariku tergerak entah mengapa untuk melanjutkan cerita dari Jalan (Perjalanan Menuju Kedokteran UMY 2013) aku sudah mendekati penghujung perjalanan sebagai mahasiswi kedokteran. Eh jangan salah bukan berarti selesai wisuda langsung kerja atau bebas hehe masih ada koas selama dua tahun yang harus kujalani. Sebenernya udah sejak lama pengen bikin Jalan Part2 kayaknya bakal garing kalau aku menulis ini tiga tahun lalu saat masih tingkat satu. Nah, makanya aku memutuskan untuk menulisnya setelah aku berada di tingkat 4.
Menjadi mahasiswi kedokeran adalah salah satu hal yang sangat kusyukuri dalam hidupku meskipun menjalaninya kadang bahkan sering terasa tidak mudah. Dulu saat aku masih awal SMA aku membayangkan jadi mahasiswa itu bebas pakai baju apapun, kuliah cuma Senin sampai Jumat bisa pulang ke rumah sebelum matahari terbenam gak seperti jaman SMA, sibuk les ini les itu kegiatan ekstrakurikuler sampai aku beneran rindu yang namanya tidur siang sampai puas. Sayangnya, gak selamanya ekspektasi sesuai dengan kenyataan termasuk tentang ini. Ketika kamu jadi mahasiswa kedokteran kamu memang bebas mau pakai baju warna apapun gak ada larangan atau keharusan pakai baju warna tertentu tapi aturan berkaian tetap ada. Misalnya yaa kalau hari ini ada praktikum atau kegiatan skills lab maka harus pakai rok buat cewek dan cowok pakai celana kain semacam itu. Aku yang saat itu berharap bisa pakai celana ke kampus langsung merasa Ya Alloh empat tahun pake rok, gaun atau sesuatu sejenisnya? Apa aku bakal kuat? Haha memang terkesan aku melebih-lebihkan tapi jaman SMA dulu gak terlalu pede pakai rok, namun di sinilah kadang keadaan yang membuatmu belajar bagaimana memadu-madankan pakaian termasuk cara memakai gaun dan rok yang pantas. Tingkat pertama akau memang seperti anak polos. Pakai rok dan kaus kaki yang kalau dipikir dan ngelihat foto jaman tingkat pertama bikin ketawa-ketawa karena baju sama rok nya gak matching banget. Kemudian keberanianku mulai bertambah ketika melihat kakak-kakak angkatan dan teman-teman perempuan ada yang memakai celana itu pun ketika aku sudah masuk tingkat kedua dan masih jarang. Dulu aku suka mikir kayak gini, ngapain sih mesti pakai kayak gitu,ribet kenapa gak boleh pakai celana jeans dan baju kaos yang lebih nyaman versiku. Sekarang mungkin karena udah terbiasa semua menjadi jauh lebih nyaman dan ketika memakai rok, atau gaun atau celana kain itu bagiku memang terasa jauh lebih sopan dan aku kini menganggapnya sebagai suatu cara menghargai orang lain entah pasien di masa depan ataupun rekan kerja nantinya lagipula itu bukan hal yang buruk kok. Melakukan suatu perubahan ke arah yang lebih sopan dan lebih baik tanpa disadari hehe. Anggaplah suatu pembelajaran bagaimana caranya menjadi perempuan yang lebih anggun hehe.
Anggapanku soal jam kuliah ya memang gak sepenuhnya bener dan gak sepenuhnya salah juga sih. Hmm buat temen-temen yang baca tulisanku ini dan masih duduk di bangku SMP atau SMA aku mau nanya nih kalau guru gak masuk terus pas kebetulan gak dikasih tugas kalian bebas keluyuran gak sampai guru jam pelajaran selanjutnya datang? Enggak kan, ya palingan kalian bisa ke kantin aja tapi gak sampai jauh ninggalin gerbang sekolah. Nah, kalau kuliah itu di sini asiknya misalkan kuliah jam pertama dari jam 08.00 sampai jam 10.00 terus kuliah kedua baru dimulai jam 1 siang nah kan ada jeda waktu tuh, kami bebas memanfaatkan jam tersebut mau pulang kos dulu, mau tidur, rapat atau apapun itu terserah.
Di tempatku kuliah waktu perkuliahannya berlangsung dari Senin samapai Sabtu jadi kayak jaman SMA dulu bahkan ditingkat pertama hampir gak pernah ada jadwal kosong yang diganti lain hari masuk jam 07.30 baru keluar setelah matahari mau terbenam, belum lagi jadwal praktikum. Kegiatan selain kuliah kalian gak wajib buat mengikutinya itu optional gak kayak jaman SMP atau SMA yang kadang diwajibkan. Pilihan kegiatannya pun banyakmulai dari UKM jurusan sampai setingkat universitas. Aku sendiri akhirnya melabuhkan hati di MARS, semacam UKM penelitian setingkat jurusan. Udah itu aja satu doang. Awalnya aku ngerasa minder lihat kakak-kakak angkatan yang udah wara-wiri ke sana kemari ikut lomba dan jadi juara belum lagi teman-teman seangkatanku yang pernah juara karya ilmiah aku mah apa ngerti gagagsan tertulis aja belom saat itu. Tapi Alloh emang tahu yang hambanya pengen. Semester dua saat aku lagi patah hati berat (cieelah bisa patah hati juga ternyata haha) saat itu juga mulai ada tawaran buat ikut lomba bareng kakak angkatan. Karya pertama yang kubuat waktu itu bareng kak Choir buat PKM GT walau gak masuk tapi udah seneng banget dapet kepercayaan buat gabung bikin karya sama kakak angkatan. Kemudian setelahnya aku jadi semnagat untuk ikut lomba-lomba lain yaa bisa dibilang sebagai pelampiasan dari patah hatiku juga sih. Ketika kamu patah hati kamu punya dua pilihan melampiaskannya pada hal negaif dan IP mu serta dirimu makin terpuruk atau mencoba melampiaskannya pada hal positif .
Puncak kebahagiaanku ketika itu karyaku bersama mba Almas , seorang kakak angkatanku juga berhasil masuk 10 besar lomba karya ilmiah mahasiswa kedokteran di Universitas Sriwijaya dan masuk babak presentasi Temilnas 2014. Both of that event almost happended in the same time dan gak mungkin kami ijin kuliah kebanyakan karena buat ujian juga ada batas absennya. Akhirnya diputuskanlah aku yang mengikuti Temilnas dan di sana mataku terbuka bahwa pengetahuan di uar sana sudah jauh berkembang sampai tingkat sel genetika dan sumber bacaan sejwat lainnya bahkan jauh lebih keren lagi. Kami memang gak jadi juara di dua event itu tapi bisa masuk babak presentasi dan mempresentasikan karyamu di depan orang lain yang sama sekai gak kamu kenal bagiku itu suatu kebahagiaan seperti mimpi yang terjawab.
Itu hanyalah salah satu contoh suka dari suka duka yang aku jalani selama jadi mahasiswi kedokteran. Memang sih hdiup kan wajar ada suka dan duka. Kalau ditanya apa duka jadi mahasiswa kedokteran? Hehe banyak yaaa walau sukanya juga jauh lebih banyak. Aku inget jaman SMP beberapa guru-guruku ada yang heran kenapa aku gak pernah remed dan hehe di kedokteran aku mengalami yang namanya remediasi. Pertama kali remed gimana rasanya? Sedih itu sudah jelas, IP sempurna semster 1 tiba-tiba jatuh drastis di semester 2 karena aku gak bisa menjaganya.  Motivasi belajarku di semester dua juga turun drastis, aku lebih senang untuk menghabiskna waktuku dengan bemain dan malas belajar. Walau menyakitkan ada satu pembelajaran yang bisa kubagi buat siapaun yang membaca ini. Patah hati atau kecewa dengan kehidupan asmara itu bisa terjadi kapan saja dan sayangnya ujian apapun itu ujian blok, uts gak bakal nunggu kamu pulih dari patah hati. Maka, ketika hal itu terjadi dalam hidupmu pastikan kamu ya harus siap inget cari dukungan sosial buat menguatkan dirimu, bisa dari sahabat atau keluargamu. Hal yang satu ini memang agak gimana gitu sih tapi bisa jadi motivasi juga yaitu berusaha membuktikan pada mantanmu kamu bisa jauh lebih baik dan berfaedah, bisa jauh lebih pintar. Intinya jadi lebih baik dan nunjukkin ke dia kamu baik-baik aja walau tanpa dia.
Hmm pernah suatu hari ada yang nanya ke aku blok apa yang nilainya bikin kamu bangga dan bahagia lebih dari lainnya? Bagiku setiap blok ya memang harus disenangi dan berusaha untuk menikmatinya tapi ada satu blok yang amat berkesan. Blok 13 Ilmu Kedokteran Jiwa. Jadi waktu itu aku daam perjalanan ke kampus untuk mengikuti OSCE nah pas banget mau belok kampus motorku ditabrak motor mahasiswa lain dari belakang dan badanku ketindihan, agak kocaknya yang kuingat waktu itu pas setelah jatuh bukan badanku atau motorku tapi udah sampe NIM berapa OSCEnya? Kocak juga sih, ya waktu itu temen-temenku alhamdulillah pada baik banget jemput aku dari gerbang ke fakultas da walaupun udah disuruh temen-temen buat nenangin diri dulu aku ngotot masuk sesuai NIMku. Kocaknya yaa keadaanku saat itu masih kaget dan butuh ditenangkan sedangkan pasien yang udah nunggu distase yang au gak tahu kasusnya apa juga butuh dikonseling dan dilakukan penilaian dan pemeriksaan juga. Untungnya nih pasien OSCEku dapetnya pasien yang ceritanya dia depresi jadi dia nunduk terus dan diem gak banyak gerak jadi aku bisa duduk sambil nanya-nanya ke pasiennya. Gak nyangka ternyata niai akhirnya alhamdulillah di luar ekspektasiku yang udah negative thinking hehe.
Ada juga yang sering bertanya-tana katanya kuliah itu individualismenya tinggi ya bener gak? Ya pada beberapa hal itu bisa jadi benar. Aku selama ini oke-oke aja pergi ke perpustakaan sendiri, cari makan sendiri, belajar sebelum praktikum sendiri. Tapi ada saat lain aku lebih menikmati bersama teman-temanku. Terkait hal ini aku punya satu cerita menarik. Kejadinnya bulan ramadhan 2016 akhir blok 18 sistem reproduksi. Setiap akhir blok kan ada plenary discussion nah presentannya dipilih dari salah satu kelompok tutorial. Nah,saat itu ternyata kelompok tutorialku yang terpilih itu pengumumannya pas hampir adzan magrib dan aku yang tadinya udah berencana buka bersama temne kosku terpaksa membatalkannya dan nafsu makanku turun drastis. Jadilah malam itu aku gak tidur di kosan dan mengerjakan power point bareng tutorialku di rumah salah satu teman kami Dimas. Awalnya aku agak bete soalna gak jadi buka puasa di luar sama teman kosku tapi ternyata Alloh menggantinya dengan kebahagiaan lain yang mengasyikkan. Seumur hidup baru kali itu sahur bareng teman-teman, ya kalo buka puasa bareng udah mainstream yaa,tapi kalau sahur bersama? Tidur bareng seruangan itu di ruang tamu. Terus hampir kesiangan pas mau presentasi gegara ketiduran di kosan. Itu pengalaman yang gak terlupakan.
Sistem kurikulum di kedokterang yang beda sama fakultas-fakultas lain di kampusku juga bikin temen-temen yang beda fakultas kadang heran kok kamu ujian terus sih?Belajar terus? Ya kami ujian setiap selesai blok. Ada MCQ yang isinya semacam kasus-kasus yang ada pilihan gandanya semacam ujian teori, terus ada ujian OSCE ya kalau bahasa gampangnya ujian meriksa pasien, terus ada responsi yaitu ujian laboratorium. Selain itu juga ada minikuis yaitu 10 soal yang kamu kerjakan sebelum memulai diskusi atau tutorial setiap pertemuan kedua. Ujian-ujian itu tiap selesai blok mungkin itu sih yang bikin teman-teman mikir aku ujian kayak tiap hari.
Sebenarnya kuliah di kedokteran itu tergantung dari bagaimana kamu menikmati dan menyikapinya. Seseorang pernah mengatakan kepadaku ketika aku bertanya tentang koas, bagaimana koas itu? Ya kamu akan mendaat jawaban berbeda dari orang berbeda tergantung bagaimana orang itu memandangnya. Jika dia menjalaninya,menikmatinya dan aman-aman aja ya kamu bakal dapet cerita yang bagus tapi kalo sebaliknya ya kamu bakal dapet cerita kalo koas itu capek dan sebagainya. Nah jadi mahasiswa kedokterang yang belum koas juga kayak itu jawabannya sama tergantung bagaimana orang tersebut menjalaninya.
Besok aku masuk blok 23 dari 24 blok yang harus kulalui setelah itu aku akan masuk koas. Semoga Alloh mengaminkan pilihanku terkait homebase untuk koas yang kuharap di situ aku akan ditempatkan.
Masih banyak dan begitu banyak cerita yang belum kubagikan. Jika di antara kalian yang membaca ada yang penasaran dan ingin menanyakan hal-hal apapun itu kirim saja pesan tak perlu sungkan yaa jika bisa ku jawab akan kujawab.
Oh iya jangan lupa bahagia dan dapetin jodoh yaaa haha.


Selasa, 05 April 2016

Tentangmu, Kesunyian dan Penantian

Diposting oleh Icha Tisa di 08.33 0 komentar
1
Masih adakah setitik bara masa lalu yang masih tertinggal di sudut hatimu?
Apa bara itu memang belum padam benar?
Mengapa tak coba kau siram saja?
Apa memang sengaja kau biarkan bara api itu tetap ada?

Bolehkan sisa bara itu kusiram?
Maukah kau meninggalkan sisa-sisa perapian yang telah padam itu?
Tak maukah kamu beranjak mencari perapian lain yang dapat menghangatkanmu?

2
Sunyi, sunyi dan sunyi
Benci aku terjebak dalam sunyi tak berkesudahan
Benci aku dengan diammu dan ketidakberdayaanku
Bosan aku dengan kesunyian
Waktu yang terlalui tanpa sepatah kata
Seolah aku dan kamu tak kenal aksara

Haruskah aku berteriak untuk membuatmu tersadar?
Tentang perempuan yang melihatmu dalam keheningan
Seseorang yang hanya bisa mengatakan kerinduan,
Lewat secarik kertas dan sebatang pena


Sabtu, 25 Juli 2015

Cerita Abhipraya

Diposting oleh Icha Tisa di 07.00 0 komentar
Assalamualaikum.
Setelah sekian lama menghilang dan nyoba posting di wordpress akhirnya posting juga di blog ini.
Sebenarnya ini bukan cerita baru. Cerita ini pernah aku ikutkan lomba, yang aku publikasikan ini ada sedikit pengubahan. Please enjoy this story hihihihi.



Ada beberapa hal di dunia ini yang kadang jika dilihat dari satu sudut pandang mungkin orang akan berkata, betapa mengenaskannya hidup seseorang tersebut namun jika dilihat dari sudut pandang lain orang juga mungkin untuk mengatakan mengapa dia tidak menyerah saja? Untuk apa bersusah-susah melewati sesuatu hal yang memiliki peluang keberhasilan paling besar hanya 25 dari 100. Namun, beberapa orang ebih pemilih untuk melakukannya. Mereka yang dipilih dan memilih dirinya sedniri untuk melakukan itu.

Kadang aneh memang mengapa kebanyakan yang berani mengambil 25% keberhasilan itu kebanyakan hanya mereka yang seringkali entah beberapa kali sebelumnya pernah mengalami sesuatu yang hanya memiliki dua kemungkinan yaitu lulus dengan tegar atau kalah dengan pemikiran negatif dan trauma yang tetap menghantuinya. Tidak adil memang tapi inilah hidup dengan segala skenario yang telah disiapkan Maha Pencipta. Mau protes sama siapa? Protes sama Tuhan? Memangnya siapa kamu, berani menyalahkan dia yang maha segalanya,sementara dibandingkan semesta ini kamu hanya butiran debu dan satu dari milyaran aktor di muka Bumi ini. Skenario awal ceritanya sudah ada tergantung bagaimana kamu menjalankan peranmu, jadi pemeran utama yang tangguh atau sekedar pecundang yang tak berani menghadapi masalah dan problematika hidup.

Ya ini tentang seorang aktor kehidupan yang harus melakoni skenario dengan jalan cerita tidak terlalu bagus hmm, bukan tebih tepatnya skenario yang entahlah akupun bingung mengatakannya dalam satu kata terlalu rumit. Cerita anak manusia yang memang ada di luar sana mungkin jarang disadari oleh mereka yang terlanjur bahagia dengan skenario indah.

Sebut saja dia Abhipraya, seperti yang dia katakan padaku saat aku bercakap-cakap dengannya beberapa waktu lalu. Mulanya hanya kalimat-kalimat biasa hingga dia mengatakan semuanya. Saat itu dia masih berusia sekita 16 tahun, seorang remaja yang baru merasakan putih abu. Masa-masa yang seharusnya terasa indah dan penuh kenangan. Tapi tidak bagi Abhipraya. Dia bilang kepadaku, sebenarnya dia sudah tahu bapaknya tak mengizinkan ibunya untuk kembali melintasi angkasa kembali ke negeri sebrang, mengais rezeki demi mencari secercah kehidupan yang menurutnya akan menjadi lebih baik. Sang ibu berontak dia tak mau hanya diam tanpa bisa melakukan apapun. Mulanya semua baik-baik saja perlahan bapaknya menerima kenyataan bahwa sang istri pergi untuk membantunya. Hingga sebulan sebelum kepulangan sang istri dari tanah sebrang, dia mendengarnya sendiri pengakuan dari mulut lelaki yang menjadikannya ada di dunia ini. “Maafkan bapak nak, bapak tak bisa menahan lagi. Bapak sekarang punya wanita lain selain ibumu.” Awalnya dia tak bisa mencerna semua itu sampai dia sadar bapaknya sudah nikah lagi dengan wanita lain. Bukan, bukan perasaannya yang saat itu hancur, tapi suatu bagian dari otaknya yang membuatnya berpikir dan merasakan bagaimana perasaan ibunya mengetahui hal ini. Berbagai hal sudah berkecamuk di hatinya.

“Wanita mana yang tidak hancur lebur hatinya melihat dan mengetahui pria yang selama ini mengarungi lautan kehidupan bersamanya lantas memasukkan wanita lain ke dalam kehidupan mereka? Aku memang laki-laki tapi aku paham. Aku tahu perasaan ibu waktu itu seperti apa hancurnya tapi saat itu dia memilih untuk mengikhlaskan pria yang dicintainya untuk wanita lain dan memilih pergi. Malah aku yang tak terima dengan hal itu jika saja waktu itu ibu mengizinkanku memarahi bapak. Sayangnya ibu bukan wanita seperti itu.” Katanya padaku. Bahkan akupun baru tahu pil pahit yang harus dia telan beberapa tahun lalu itu.

“Orangtuaku bercerai titik keputusan akhir yang tak bisa diganggu gugat. Dunia terasa runtuh untuk pertama kalinya aku. Rasanya saat itu aku ingin pergi ke tengah rel kereta api berteriak sekencang mungkin saat kereta datang di hadapanku. Tak ada lagi tempat untuk pulang yang utuh sandaran itu telah terbelah terpecah. Tidak ada lagi dermaga tempatku melabuhkan penat dan cerita. Hancur lebur. Aku benar-benar hampir kacau saat itu. Buat apa sekolah? Jadi anak baik ya? Untung tak sampai terpikir di kepalaku obat-obatan terlarang itu. Tuhan masih sayang padaku. Tuhan mengirimkan mereka, mengirimkan kalian. Aku bukan satu-satunya di dunia ini yang mengalami hal ini. Masih ada orang di luar sana yang lebih buruk nasibnya. Sampai yang paling kuingat saat itu ada seorang kawanku berkata. Hei bukan hanya kamu yang seperti ini, kamu tidak sendirian. Ceritaku memiliki tema yang sama denganmu, ayahku pergi gak tahu ke mana tapi aku masih baik-baik saja sampai sekarang. Terserah kamu sih mau jadi hancur, terpuruk dan berujung gak dapat apa-apa atau memilih jalan yang lebih baik. Begitulah katanya kawanku itu. Perlahan aku sadar itu adalah batu yang menyandungku bukan untuk menghentikanku. Masih ada harapan banyak harapan. Aku tak mau menampilkan sisi lainku yang lemah, biar ada sisi lemah itu tak boleh aku perlihatkan. Aku harus melanjutkan hidup. Aku bisa. Aku pasti kuat. Aku masih punya satu dermaga walau bukan dermaga seperti orangtuaku. Dermaga yang berbeda ya kalian kawan yang menjadi keluargaku bukan sekedar kawan.”

Saat itu aku termenung, memang benar bahkan bila tak tahu benar dia kelihatan kuat, bisa menyimpan rapi kepahitan itu. Berusaha kuat menyimpannya di tumpukan paling bawah. Sulit dia bilang untuk mengenyahkan kenangan buruk itu dari dirinya. Tapi bukan artinya harus dibagi dan diberitahu pada setiap orang. Sesungguhnya dialah motivator itu yang berusaha tetap berdiri, bangkit perlahan dan tetap berjalan. Ketika kawan-kawan yang lain terjatuh, sakit atau hal buruk apa yang menimpa kawan-kawannya dia sigap menghibur, berusaha membantu. Dia seperti harapan yang selalu berusaha menyala menerangi sekelilingnya.

Sayang, skenario bagus nampaknya belum diraih sepenuhnya oleh Abhipraya. Masih ada gelombang besar yang siap menghantam perahunya. Tidak sebesar gelombang yang waktu itu tapi ini tentang harapannya, keinginan yang sudah lama dia tulis tebal, besar dan jelas dalam daftar mimpinya. Bagi remaja-remaja lain seusianya urusan itu hanya berhubungan dengan bagaimana caranya kamu bisa mendapatkan jatah satu kursi di jurusan serta perguruan tinggi yang kamu inginkan. Urusan biaya? Oh itu urusan orangtua. Kamu cuma perlu duduk manis di dalam kelas. Urusan orangtua, kecuali buat segolongan orang termasuk Abhipraya.

Haruskah aku melibatkan orangtuaku, untuk sesuatu hal di luar kemampuan mereka? Membuat mereka sedih karena sesuatu yang muluk. Cukup doa dan restu itu lebih berharga buatku aku yakin dengan kekuatan doa mereka yang membuatku terlahir di dunia ini jika ada orang yang bertanya padanya kenapa kamu memikirkan biaya kuliah anak muda. Dia memang menjalani semuanya dengan optimis, usaha yang lebih apalagi dibanding dengan diriku. Tapi ingat usaha lebih bukan jaminan skenario yang kamu dapat adalah skenario bagus seperti yang kamu mimpikan.

Lembar demi lembar soal yang berusaha dia isi dengan jawaban terbaik, dengan doa yang selalu teruntai pada setiap soal yang dia isi. Tapi kami terpaksa harus pergi lebih dulu meningggalkan Abhipraya walau kami berusaha menghiburnya dan tak nampak kesedihan mendalam dalam raut wajahnya. Ah dia kan memang pintar berakting seolah semuanya baik-baik saja. Pintar melakonkan salah satu sisi dalam dirinya dan menyembunyikan sisi kelamnya, di mana mungkin di situ ada kesedihan, kekesalan dan kesepian serta penantian yang menyatu jadi satu.

Badai kedua itu datang saat kawan-kawannya pergi meninggalkan kota kecil itu menuju tempat mereka mencari ilmu. Abhipraya? Dia masih ada di kota kecil itu. Semua mengira ombak besar itu meruntuhkan harapannya nyatanya? Dia masih kokoh. “Masih ada tahun depan, satu tahun buat belajar masa tidak cukup. Sini, berikan buku-buku soal kalian buat tes masuk. Daripada sesak di kamar kalian, dengan senang hati aku akan menampungnya di kamarku.” Dia masih bisa tertawa saat itu. Malah membesarkan hati golongan remaja menuju dewasa yang tak pernah jauh dari orang tua dan hampir selama 365 tak pernah jauh dari rumah, dengan berat hati menempati kota baru yang jauh dari rumah demi masa depan.

Meskipun lembar demi lembar soal telah berusaha dia isi dengan jawaban terbaik, dengan doa yang selalu teruntai pada setiap soal yang dia isi. Tapi kami terpaksa harus pergi lebih dulu meningggalkan Abhipraya walau kami berusaha menghiburnya dan tak nampak kesedihan mendalam dalam raut wajahnya. Ah dia kan memang pintar berakting seolah semuanya baik-baik saja. Pintar melakonkan salah satu sisi dalam dirinya dan menyembunyikan sisi kelamnya, di mana mungkin di situ ada kesedihan, kekesalan dan kesepian serta penantian yang menyatu jadi satu.

Setahun berlalu, seolah waktu berjalan terasa begitu cepat. Abhipraya siap dengan segala senjata barunya yang telah diasah tajam untuk kembali ke medan perang. Kali ini dia telah mengorbankan sebuah cita-citanya duduk di salah satu kursi kelas tempat para diplomat perwakilan bangsa belajar. Aku masih ingat kala itu dia sempat berkata padaku ditelpon “Tak apa, bantu doa ya untuk yang terbaik.”

Aneh memang dia yang berperang, kami kawan-kawannya yang merasa cemas, gugup tak karuan yang bahkan ujian hampir setiap bulanpun tak pernah segugup ketika dia kembali ke medan perang tempat perebutan satu kursi. Lebih aneh, perang usai tersirat sedikit nada pesimis dalam dirinya. Nada yang cukup jarang terdengar dari mulutnya. Kami paham tak ada yang bisa meredakan kecemasan yang mulai tumbuh itu, hanya bisa berusaha berada di sampingnya walau pun itu ku pikir sama dengan duduk diam. Namun bisa apa saat itu? Cuma bisa satu hal, menunggu hasil pengumuman tes.

Hari besar itu tiba, kami menunggu kedatangannya sore itu. Berkumpul bersama kami dan membagi kabar baik. Dia datang sore itu, dengan muka kuyu, lesu, lengkap dengan kantong mata dan tanpa senyuman sedikit pun. Aku tahu, kami tahu jawabannya apa. Kata tidak untuk kedua kalinya. Tamat sudah sepertinya, harapan yang perlahan padam. Dia pulang bahkan sebelum kami sempat berkata-kata. Mengatakan akan pergi dari kota ini melupakan mimpinya, melupakan satu kursi itu.

Hari itu benar-benar kepanikan, kebingungan yang ada. Semua mencoba mencari di mana ada satu kursi yang tersedia. Satu kursi tanpa membuatnya meminta hal yang tak ingin dia minta pada orang tuanya. Sepanjang sore itu kami hanya mencari dan mencari. Sampai menemukan beberapa harapan. Meski bukan di universitas yang dia inginkan toh bukan perkara lagi sekarang. Yang penting menyalakan kembali harapan itu. Malam kami kirimselebaran formulir-formulir itu padanya. Memintanya mengisi formulir itu. Cuma ada kata terimakasih singkat. Dihubungi ditelpon dicari hilang tak memberi kabar. Sampai aku dan yang lain, kami semua pergi dari kota kecil itu. Apa mungkin dia tak kuat menahan amukan badai kali ini? Lalu mengapa ketika dulu badai pertama dia kuat? Mencari tahu orang yang tak ingin ditemukan sepertinya hal yang percuma, sudah tak ingin ditemuukan kehilangan harapan pula. Ingin rasanya membiarkan tapi tak bisa bagaimanapun kami sudah seperti keluarga.

Biarkan saja Abhipraya menemukan jalannya sendiri, tidak usah dipaksa tak akan baik nantinya. Seolah kita yang memaksa dia tetap bertahan mendapat kursi saat ini juga. Dia juga tetap manusia biasa yang memiliki sisi lain yang kadang sisi lain itu tak ingin diketahui oleh orang lain. Tersimpan rapat dalam lubuk hatinya. Kita, jadi sahabat hanya bisa membantunya menuntun menemukan kembali jalan dan kalau tak bisa menuntun langsung, doakanlah dia kembali menemukan jalannya yang terbaik. Pada akhirnya itulah kalimat yang terlontar dari mulut salah seorang sahabat kami saat Abhipraya masih entah di mana, mungkin di kota A daerah B atau di rimba raya yang tak terlihat pada peta dunia.

Semua berlalu tanpa kabar, sampai malam itu tiba-tiba sebuah SMS masuk. ‘Doakan aku ya besok pengumuman tes beasiswa aku sudah diterima sudah dapat kursi.’ Abhipraya setelah berhari-hari tanpa kabar tiba-tiba datang dengan kabar itu. Ingin rasanya berteriak di depan wajahnya, meluapkan segala kekesalan gara-gara bocah itu. Tapi aku lega sungguh, dan ketika pada akhirnya kami bertemu kembali pertanyaan itu terlontar dari bibirku. “Hei Abhipraya masih berani bilang aku punya harapan?”

“Berani siapa takut ya setelah ku pikir-pikir aku masih mau bersaing dengan kalian bermimpi bersama-sama. Maaf saat itu aku memang hampir kehilangan harapan tapi malam ketika kalian memberiku formulir-formulir aku sadar satu hal masih ada yang peduli padaku. Aku tidak sendirian ada kalian yang mau membantuku berdiri dan berjalan lagi. Walaupun aku butuh waktu untuk berdamai dengan sisi lain diriku yang kadang menyuruhku berhenti. Tapi aku tidak mau berhenti, terus melangkah meski hidup tak mudah. Karena semua boleh bermimpi kan? Dan itu hak semua orang termasuk aku termasuk kalian semua.” Seperti kata Abhipraya bermimpilah dan berharap sepuasmu biar ketika satu mimpi dan harapanmu tak bisa kau jadikan nyata masih ada semilyar harapan lain yang berusaha membangkitkanmu. Karena seburuknya skenario itu pasti ada jalan cerita yang indah, kapan terjadi? Hanya dia pembuat skenario itu yang tahu..

Rabu, 31 Desember 2014

REFLEKSI 2014

Diposting oleh Icha Tisa di 10.24 0 komentar
Terompet bersahutan di segala penjuru kota nyala kembang api pun tak mau kalah ikut menerangi malam yang bisa jadi sama atau berbeda tergantung setiap individunya. Sebenarnya ini bukan cerita sejenis cerpen bukan juga curhatan hanya sekedar refleksi hmm bisa dibilang perjalanan hidup dari tahun 2014 yang penuh kejutan. Banyak hal baru hal berbeda maupun hal yang belum pernah ku alami dan pertama kalinya terjadi di tahun 2014. Ini sekedar cerita dan sedikit catatanku tentang 2014, so ayoo mana catatan kalian tentang 2014 yang baru saja berlalu?

JANUARI
Januari bulan pertama awal yang baru, pertama kalinya Januari 2014 merasakan pulang kampung mudik saat liburan sekolah eh maksudku liburan kuliah. Dulu saat masih SMA aku sungguh penasaran seperti apa sih rasanya heboh pulang kampung? Kenapa teman-temanku bilang libur sekolah yang dua minggu itu terlalu singkat padahal aku sudah mati kutu gak tau mau ngapain di rumah. Tapi Januari 2014 membuatku paham ketika kamu jauh dari orangtua dan keluargamu maka saat kesempatan libur datang maka itulah saat yang tepat kamu bisa pulang. Apalagi dengan ya katanya titel mahasiswa. Jangan dikira ya jadi mahasiswa itu enak kayak di sinetron-sinetron yang di televisi. Ke kampus pake rok mini atau celana jeans yang sobek-sobek, nongkrong cantik di kantin atau di mall, hangout ke sana-kemari. Selamat datang di dunia nyata. Tugas dari dosen, praktikum dan masih banyak lagi ya meskipun gak kayak di SMA lebih fleksibel sedikit. Ada dosen ya kuliah gak ada kuliah ya monggo kamu mau ngapain aja.

FEBRUARI
Kelud meletus broo sist. Bayangkan kamu baru bangun tidur terus buka HP, buka Line sudah pada heboh langit jam 6 pagi di Yogyakarta seperti jam 3 atau jam 2 malam dan aku baru saja bangun dalam keadaan setengah sadar masih belum bisa mencerna apa yang terjadi. Ketika aku lihat ke luar kamar seperti bagaimana ya, langit berwarna orange kecoklatan seperti di film jaman baheula alias jaman dulu. Ya kebetulan saat itu pikiranku lagi gak jernih, orang-orang pada di kamar menghindari debu kelud dan aku malah pergi keluar dari kosan. Walaupun pake jaket 2 lapis helm masker dan sepatu, keliling kampus. Sekampus itu debu tebal banget (aku pikir karena di Jawa Timur gak bakal parah dampaknya sampai Yogyakarta) melihat kampus seperti melihat loksai syuting film untuk pembuatan film bersetting jaman dulu banget. Bahkan sampai sejenis polisi tidur aja aku gak sadar. Ringroad sepi jarak pandang ya cuma 2 meter lah saat itu. Debu-debu itu samapi bikin lantai licin dan kelamnya langit Jogja mungkin mewakili kelamnya hatiku bulan itu.
Kelud meletus dan kamu putus. Can-you-imagine-it?
Rasanya ya namanya juga putus keles, adalah rasa sedih rasa sendiri rasa kesepian kehilangan. Beruntung aku memang tidak sendirian menghadapi ini, ada sahabat-sahabatku yang setia menghiburku menyurhku bangkit dan menghadapi dunia ini dengan lebih baik. Menjadikan yang lalu sebagai pelajaran. Tapi itu gak mudah broo awalnya sih namun ternyata gak sulit kok :D.

MARET
Maret awal mula yang baru. Saat PKM GT diberitahukan pada teman-teman saat itu ada tawaran untuk bergabung dalam kelompok PKM GT diajak oleh kakak angkatan saya. Siapa yang bakal nolak? Kesmpatan emas bro sist, saya yang masih bau kencur ini bisa sambil belajar menulis dan melatih kemampuan berpikir saya. Pertama kali ikut PKM GT langsung ikut dua kelompok sekaligus.

APRIL
Ulang tahun saya namun saat itu saya ngerasa gak ada yang istimewa awalnya. Jujur saya iri melihat teman-teman di kampus ketika ulang tahun ada yang disiram air atau diceburin ke kolam kampus ya walaupun sedikit ngeri juga. April pula saya menemukan kembali keberanian berkendara di jalana ramai, gak ada pilihan lain mau nebeng siapa setiap orang punya tugas masing-masing saat itu saya lagi jadi panitia acara nasional di kampus dan tadaa keberanian itu saya temukan kembali. Suatu hadiah yang indah di hari ulang tahun.

MEI dan JUNI
Tidak banyak hal yang berbeda dari bulan ini, namun saya sudah mulai mengenal kembali membuka hati buat menyukai seseorang. Alam bawah sadar yang menyatakan untuk move on sepenuhnya dan kembali ke jalan yang seharusnya. Aku ingat dan mana mungkin lupa di sini awal ceritaku bisa melaju dan berbicara di depan forum ilmiah kedokteran se Indonesia. Aku diajak bergabung dalam satu tim bersama seorang kakak angkatan yang aku emang dari awal sebetulya sudah penegn tapi gak berani bilang, dari perbincangan tentang psikiatri akhirnya berujung tawaran satu tim di Temilnas.

JULI
Bulan yang cukup sibuk dikejar deadline pengumpulan karya untuk Temilnas dan ujian blok 6 serta aku akui itu adalah awal Ramadhan pertamaku puasa hari pertama enggak di rumah dan jauh dari orangtua. Rasanya itu nyesek bro sist. Memusatkan pikiran saat kangen rumah homesick itu gak mudah, bahkan jurnal kedokteran dengan bahasa yang mudah dipahami pun jadi terasa rumit saat berusaha ku baca. Tapi liburan semester 2 terasa lebih bebas lebih indah lebih berkesan daripada liburan semester 1 di tingkat 1. Ehem ya bertemu orang yang pernah disukai harus ku akui menimbukan efek nano-nano. Namun melihat sahabtmu sedih dan terpuruk siapa yang tega?

AGUSTUS
Tawaran ke dua untuk satu tim kali ini event SPORA UNSRI 2014. Dasar aku jarang mikir panjang langsung saja aku ambil tawaran itu. Jujur sedikit banyak 2 Ti tersebut yang membuatku merasakan kembali skenario hidup yang bagus kembali bersemangat seperti menemukan kembali semangat hidup yang sempat redup dan kembali menyala.

SEPTEMBER
Awal yang baru resmi bukan anak bungsu lagi di kampus. September 1 kata BAHAGIA. Orang yang aku anggap kakak sekaigus sahabatku yang kami sempat salah paham sejak Nopember 2013 akhirnya menghubungiku dan akhirnya kami sadar ternyata saling diam selama hampir setahun karena alasan yang cukup aneh yang ternyata bukan sepenuhnya salah dia tapi orang lain yang maaf gak bisa aku bilang (but Im so happy to meet you again kakak). Dua sahabatku akhirnya nyusul jadi mahasiswa Yogyakarta. Satu sahabatku melanjutkan menaiki tangga ilmu di Bandung. Tadaaaa bahkan aku awalnya tak menyangka pada hal ini. Karya tulis kami masuk 10 besar SPORA UNSRI dan salah satu finalis bidang KTI Temilnas 2014. Dengan selang waktu hanya satu minggu dan itu awal blok awal semster akhirnya kami maksudnku aku dan temanku berbagi tugas dan aku memilih ke Surabaya. Walaupun kami gak menang tapi jadi finalis event keren tingkat nasional buat pemula sepertiku rasanya amazing.
 Ini foto di UNAIR saat Temilnas

Foto bersama delegasi dari Fakultas Kedokteran lain di Yogyakarta serta LO kami

OKTOBER
Bulannya kumpul bareng, bahagia itu sederhana. Berkumpul bersama sahabat-sahabatmu yang sudah setahun gak bertemu itu adalah salah satu bentuk kebahagiaan yang tidak bisa dipungkiri bagaimana pun juga. I love this moment!
Berkumpul setelah setahun tidak jumpa

NOPEMBER
Menjadi secret admirer itu tidak mudah kadang melelahkan, itu yang aku dapat di bulan Nopember. Masih banyak hal di dunia ini yang menyenangkan regangkan badan dan jalan-jalan.

DESEMBER
Merasakan bagaimana menjadi koas muda yang sesungguhnya belum jadi koas masih komuda alias koas muda, tapi bisa langsung praktek anamnesis ke pasien diskusi sama dokter di rumah sakit hal yang memotivasiku buat terus belajar. Berkumpul kembai bersama mereka dan yaa ngerjain yang ulang tahun memang menyenangkan.
 Bahkan ngerjain teman pakai kue ultahpun bisa kok haha.
2014 sudah lewat namun cerita dari 2014 semoga menjadi pembelajaran mau yang indah ataupun tidak. Terimakasih untuk kalian semua mama, papah, bang Ridwan, bang Handry, bang Hendri, Indra, bang Nursyamsi, Nina, kak Rizki, Teh Ega, Yani, dek Sentia, mba Almas juga buat semua orang yang telah memberiku pelajaran di 2014 memberiku semangat dan membantuku berubah menjadi lebih baik. SELAMAT DATANG, WELCOME, WILUJENG SUMPING 2015 harapannya lebih baik dari 2014 menemukan aabila tahun ini memang sudah waktunya untuk bertemu, lulus ujian blok, bisa nulis ceren lagi, presentasi KTI di nasional bahkan internasional, bisa bertemu One Direction (aamiin please), mengunjungi London (atau kota lain di luar negeri sebagai langkah awal) dan jaga kami semua ya Alloh aamiin.

Senin, 17 November 2014

You Are The Apple of My Eye Novel (Cerita Tersembunyi Jingteng dan Jiayi)

Diposting oleh Icha Tisa di 08.56 0 komentar
Sebenarnya film dan bukunya udah ada sejak saya SMA namun edisi bahasa Indonesia bukunya baru terbit 2014 yoook mari saya kasih sedikit bocoran bagi penggemar You Are The Apple of My Eye yang belum sempat baca bukunya.

Apa yang diceritakan pada film dan buku semi-autobiografi Giddens Ko terdapat banyak perbedaan meskipun tidak mengurangi esensi dari inti ceritanya. Suatu perjalanan cinta selama delapan tahun yang begitu mengesankan, cerita cinta yang bukan tidak mungkin pernah dialami juga oleh kita ketika masih berda di bangku sekolah.
Cerita dalam buku ini di awali pada saat Ke Jingteng dihukum oleh Guru Lai karena mencorat-coret dinding kelas pada musim panas tahun 1990 saat itu tahun-tahun itu ketika mereka masih menjadi siswa-siswi kelas seni 2A SMP Jingcheng di Changhua. Jingteng merupakan tipikal siswa yang sebenarnya cerdas namun dia malas berpikir, dia lebih suka membuat lelucon untuk teman-temannya. Jingteng yang masih kekanak-kanakkan dipaksa duduk di depan seorang siswi canti yang masuk dalam daftar salah satu yang paling pintar di kelas mereka, Shen Jiayi. Pada awalnya mereka hanya berdiam-diam saja, namun entah bagaimana awalnya Jiayi yang cerewet setiap pagi menceritakan berbagai hal kecil yang terjadi di rumahnya mulai dari hewan peliharaan hingga kartun yang ditonton oleh Jiayi. Mulanya Jingteng acuh tak acuh setiap kali diperingatkan Jiayi untuk belajar namun titik balik Jingteng bermetamorfosis dimulai ketika Guru Lai menjelaskan bahwa 15 siswa dari kelas mereka dengan peringkat terbawah akan dipindahkan ke kelas C karena adanya sustu peraturan baru. Sepertinya saat itu pula Jingteng mulai sadar bahwa dia menyukai Jiayi seperti yang dikatakannya
"Aku bengong menatap Shen Jiayi. Tiba-tiba, sesuatu yang sangat rumit mengusik hatiku. Aku yang penuh percaya diriserta selalu tertawa dan bercanda, seharusnya menolak hal ini. Namun aku tahu, aku tidak bisa menolak kebaikan hati Shen Jiayi. Disebut bodoh pun aku tak peduli karena aku tidak bisa menghindari perhatiannya yang tulus." page 42.
 Bukan hanya Ke Jingteng satu-satunya murid yang menyukai Shen Jiayi namun teman-teman baik Jingteng lebih dulu menyukai Jiayi seperti A He, Liao Yinghong serta beberapa lainnya. Mereka kecuali Jingteng berusaha mendekati Jiayi dengan berbagai cara, tidak begitu dengan Jingteng yang tahu bahwa Jiayi tidak suka dengan tipikal pria-pria yang begitu terobsesi untuk mengejarnya dia berkata masih ingin berfokus belajar dan sekolah.

Awalnya saya kira orang yang Jingteng sukai selama periode 8 tahun hanya Jiayi seorang namun buku ini menceritakan kebenarannya yaitu ada seorang lagi bernama Li Xiaohua. Hal yang awalnya tidak diduga Jingteng karena dia sudah menjadi murid baik Guru Lai memutuskan memindahkan Jingteng ke belakang Li Xiaohua. Semenjak itu hubungan mereka -Jingteng dan Jiayi- tidak terlalu dekat. Jiayi lebih dekat dengan A He dan Jingteng dengan Li Xiaohua. Seperti Xiaohua memang ada perasaan pada Jingteng namun yak begitulah Jingteng dia tidak berani mengatakan apaun hanya bisa mengambil tangkai-tangkai bunga liar untuk diletakkan di meja Xiaohua. Ada kalimat yang benar-benar menyentuh saat Jingteng menceritakan dirinya kketika bersama Xiaohua.
"Pulang bersama, entah kenapa di kehidupan mana pun, kedua kata ini memiliki arti yang romantis. Bersama mewakili hal yang tidak bisa dilakukan sendiri, pulang berarti kembali ke kehangatan. Orang yang pertama kali pulang bersamamu, tidak akan kau lupakan seumur hidup."
Perjalanan Jingteng dengan Xiaohua berhenti seiring lulusnya mereka dari SMP, mereka lebih memilih jalan masing-masing meskipun pada kenyataannya Xiaohua yang meminta Jingteng menjauh dari kehidupannya, apalagi setelah teman-teman perempuan Xiaohua merasa Jingteng membuat mereka jauh dari gadis itu. Usaha Jingteng untuk mendekati kembali Xiaohua di awal masa SMA mereka pun sia-sia karena sang gadis tetap pada pendiriannya.

SMA, kedekatan Jingteng dan Jiayi mulai terjalin kembali. Mereka tidak sekelas faktanya karena Jingteng memilih masuk jurusan IPA dan Jiayi memilih kelas IPS. Hal tersebut tidak menghalangi jalan mereka untuk kembali mendekat. Jiayi yang memiliki kebiasaan tinggal di sekolah hingga malam untuk belajar secara tidak sengaja diketahui oleh Jingteng hingga Jingteg pun memutuskan untuk ikut belajar di sekolah tapi berada di kelas yang berbeda. Di SMA pula awal mereka mulai bersaing untuk melihat siapa yang memiliki nilai lebih tinggi pada mata pelajaran yang sama pada dua jurusan itu. Jingteng sih sebenarnya bagi dia kalah atau menang sama saja baginya yang penting bisa lebih sering bertemu dan dekat dengan Jiayi. Selama masa SMA pula berbagai hal Jingteng lakukan dalam upayanya mendekati Shen Jiayi. Termasuk ikut menjadi panitia acara-acara yang sebenarnya tidak terlalu menarik bagi dia, Jigteng yang awalnya tidak pandai menyani dan cuku parah dalam pelajaran seni mulai menulis lagu dan menciptakan nada. Hingga tercipta suatu lagu yang rencannanya akan dia pakai untuk mengungkapkan perasaan dia yang sebenarnya pada Jiayi setelah mereka lulus SMA.Cara yang Jingteng pakai memang terbukti ampuh Jiayi dan dia lebih dekat namun tetap saja hubungan mereka tidak jelas disebut apa.

Impian Jingteng adalah kuliah di kampus yang sama dengan Jiayi yang akhirnya puus karena Jiayi tidak diterima di kampus tersebut. Jingteng yang pantang menyerah terus mendekati Jiayi. Hubungan mereka makin sulit dideskripsikan. Ketika salah satu teman Jiayi yang jadi informan Jingteng mengabarkan kampusnya mengadakan festival perayaan ulang tahun kampus dan meminta Jingteng datang bersama Jiayi tentu saja Jingteng senang bukan kepalang. Segala hal berjalan baik sampai akhirnya suatu hal penting terjadi. Jingteng yang saat itu sudah mulai dianggi dengan sebutan Giddens mengadakan pertandingan adu jotos. Adu jotos lhoo seriusan. Dia mrasa orang-orang di kampusnya begitu membosankan karena meski hampir semua laki-laki mereka adalah jenis lelaki kutu buku. Jiayi yang mendengar hal itu langsung dari Jingteng ketika mereka bertelepon marah besar dan Jingteng tidak mau menerima kenapa pula Jiayi mesti marah padahal dalam pandangan dia itu hal keren. Kejadian itu yang membuat Jingteng memutuskan sesuatu yang sangat berat bagi hidupnya yaitu berhenti mengejar Jiayi. Keputusan yang sangat berat.

Segala kekuatan yang dia miliki telah dia pakai untuk mengejar Jiayi namun hidup herus tetap berlanjut. Maka Jingteng muai menata kembali hatinya hingga dia jadian dengan seorang gadis. Hubungan mereka bertahan hingga 8 tahun (tidak diceritakan jelas di buku ini) sebelum akhirnya mereka putus.

Titik balik dan kejujuran terungkap sesaat  setelah peristiwa gempa malam itu. Jingteng panik berusaha menghubungi orang-orang terdekatnya salah satunya Jiayi. Malam itu mereka kembali mengenang tahun-tahun itu tahun-tahun ketika sebelum kejadian adu jotos itu terjadi. Pada akhirnya memang semua terungkap mereka memilik perasaan yang sama. Jingteng yang tak pernah bertanya pada Jiayi apa jawaban dari perasaannya malam itu memberanikan diri walau ya apapun jawabannya mereka sudah memiliki kehidupan masing-masing. Menyesakkan memang Jiayi ternyata juga menyukai Jingteng tapi tanpa benang merah dari dewa jodoh kata Jingteng memperjuangkan cinta itu sulit.
"Tanpa benang merah dari dewa jodoh, memperjuangkan cinta rasanya sangat sulit dan perlu melalui banyak kejadian. Aku berharap dengan tulus, "Mungkin di dunia pararel yang lain, kita bisa bersama." "...Aku sangat iri dengan mereka."ujarnya setuju"
Akhir cerita seperti yang pernah ada di fimnya memang mereka tidak bersatu karena garis jodoh mereka tidak namun cerita ini meninggalkan kesan pada hati Jingteng alias Giddens. Dia yang begitu berharga, cause You Are The Apple of My Eye.

Memang banyak perbedaan yang saya dapat dari film karena film sendari diangkat dari buku ini. Pertanyaan-pertanyaan yang waktu itu memenuhi benak saya terjawab.
Sedikit review saja untuk buku ini.
Ketika membaca buku ini saya merasa kembali pada masa-masa SMP dan SMA yang bebas, masih usil, jahil dan banyak hal lain dari masa-masa ini yang tidak terlupakan. Banyak dari kita pertama kali merasakan cinta pada akhir masa SMP atau pada saat SMA. Masa itu ketika kita masih polos, perasan itu terasa indah juga berkesan seperti yang dirasakan Jingteng. Membaca buku ini membuat saya teringat pada seseorang yang dulu pernah saya sukai di masa-masa itu. Tanpa benang merah yang menghubungkan tali jodoh memang sulit untuk bersatu. Tapi, gak nyesal baca buku ini benar-benar keren sama dengan filmnya.
Saya baru mendapat buku ini dua minggu yang lalu saat iseng cari di internet ternyata versi bahasa Indoneisa ini masih baru,Februari 2014. Saya beli dengan harga Rp 63.000,00.

Jumat, 31 Oktober 2014

Friendship (Ketika Boy Friend/Girl Friend Menjadi Boyfriend/Girlfriend)

Diposting oleh Icha Tisa di 10.47 0 komentar
Haiii.. hai.. haiii. hai
Setelah sekian lama blog ini tidak ditengok akhirnya malam ini bisa berkunjung lagi.
soo malam ini kita akan berbicara tentang? Tema yang udah gak asing lagi di telinga kalian tema yang sudah sering dibicarakan dari zaman prasejarah, zaman alay sampai saat ini. Sebenarnya sudah lama aku pengen mengangkat tema ini ini jadi tulisan, nah kebetulan sekarang ada waktu onggar yang cukup di malam hari dan minggu-minggu ini semapt diskusi, cerita-cerita sama beberapa teman dan sahabat tentang hal ini. Jadi cerita kita malam ini adalah tentang "When Boy Friend/Girl Friend Become Boyfriend/Girlfriend" kalau bahasa manusianya sih bagaimana jadinya ketika sahabatmu jadi pacar atau gebetanmu? biar lebih greget bisa sambil dengerin lagu Zigaz - Sahabat Jadi Cinta .

(Gambar ini aku dapat setelah searching di mbah google, sepasang anak kecil di tepi pantai soo thanks yang udah upload foto ini di mbah google)

Di sini yang bakal aku bagi bukan cuma proses bagaimana sahabat bisa berubah jadi pacar atau bahkan mantan pacar? Tapi juga tentang punya sederetan sahabat yang beda jenis sama kita (maksduku beda jenis kelamin yaaaa). Bagaimana rasanya ketika terkena perasaan yang boleh gak boleh itu, juga berbagai hal lainnya. Termasuk ketika masalah menimpamu dan sahabatmu hingga kamu merasa berada di titik paling nano-nano dalam hidupmu. Ini adalah sudut pandangku so wajar jika ada yang berbeda dengan sudut pandang kalian. Walau aku sedikit bingung memulai dari mana but let me to tell you.

Jadi dalam hidup ini gak ada sesuatu yang terjadi secara intan, semua hal butuh proses. Mau pinter aja butuh proses. Buat jadi manusia dewasa aja butuh proses yang mesti kamu lalui yaa walau kamu mungkin kadang mikir kok udah segede ini lagi ya? Perasaan baru kemarin aku minum susu pake dot haha. Termasuk yang namnya menjalin suatu hubungan. Yang aku maksud di sini bukan cuma pacaran atau pasangan hidup ya melainkan hubungan persahaban. Cerita awal persahabatan seseorang bisa berbeda-beda, kadang bahkan tiba-tiba menyadari sudah dekat, sudah sering nongkrong bareng, bercanda gak ngerti awal mulanya.

Contoh konkretnya sih kayak cerita persahabatan aku sama beberapa cowok kece yang udah aku anggap kayak kakak sendiri. Awal mula aku hanya dekat dan bersahabat dengan salah satu dari mereka sejak SMP, lalu yang satu lagi merupakan ya bisa dibilang pesaingku juga pas SMP. Ketika SMA kami bersekolah di tempat yang berbeda lalu aku sering bertemu dengan sahabatku yang dari SMP itu bersama beberapa kawan barunya, hingga tanpa sadar kami beberapa kali main di rumah orangtuaku, pulang sekolah bareng, chatting, saling kirim pesan bahkan curhat. Apalagi notabene aku yang merupakan anak tunggal berdoa pada Alloh untuk memberiku kakak bukan adik (Ya walau aku tahu jika lahir seorang anak lagi dari lahir ibumu dia otomatis jadi adikmu bukan kakakmu) entahlah awalnya aku juga gak sadar sampai suatu hari ketika tiba di akhir masa SMA hari itu aku pulang sekolah bareng cowok-cowok itu mereka sengaja ngajak aku pulang bareng dan aku ngerasa tetiba gak sendirian lagi di dunia ini berasa punya kakak. Sampai saat ini pun walau terpisah-pisah alhamdullilah hati kami gak kepotong-potong.

Sebenarnya jatuh cinta atau punya perasaan lebih pada sahabat itu salah enggak sih? Kalau sudah terlanjur bagaimana, kalau sahabatmu mulai kasih kode mesti bagaimana?
Gak ada yang salah kok dengan perasaanmu itu, apalagi hal itu kadang gak kamu sadari tiba-tiba ketika kamu menyadarinya saat perasaan itu sudah tumbuh subur dan ditambah pula kamu sering menyiramnya jadi tambah subur deh perasaan itu tumbuh di hatimu. Kalau kamu seorang perempuan dan ada sahabatmu yang cowok (pastinya) memberi kode aku punya beberapa tips nih ya tiap tips ini punya resiko masing masing juga.
  1. Kalau kode yang dia berikan masih taraf sedang, dan kamu belum tahu apakah kamu punya perasaan lebih atau nggak jalani saja dulu beberapa saat jangan terburu-buru ambil kesimpulan.
  2. Kalau dia sudah kasih kode keras entah itu lewat ucapan atau perbuatan tapi kamu belum yakin dengan perasaan mu kamu bisa pura-pura gak peka pura-pura gak ngerti ya walaupun menghindar itu gak baik, yang namanya persoalan mesti dihadapi namun ini jaan yang aman kalau kamu belum tahu isi hatimu Sambil pura-pura gak negrti ya kamu cari tahu apa latar belakang sahabatmu memberi perhatian yang dianggap gak biasa menurut parametermu untuk diberikan antara sahabat. Sambil cari tahu juga bagaimana perasaanmu terhadap sahabatmu yang itu.
  3. Kalau dia kasih kode dan  kamu memilih paham serta menanggapi kode ini. berarti kamu memutuskan melangkah lebih jauh, berarti kamu sudah paham apa kelebihannya jika dia           -sahabatmu- jadi pacarmu, apa rieikonya kau hubungan kalian berakhir alias putus dan imbas pada persahabatan kalian.
  4. Kalau kamu paham kodenya namun kamu tidak menginginkan ada Boy Friend/Girl Friend Menjadi Boyfriend/Girlfriend di antara kalian. Tergantung kalau dia mengkode saja kamu bisa mengarahkannya menjadi candaan sambil bantu cari sahabatmu itu cari pasangan maybe, atau kalu dia - sahabat cowokmu- punya keberanian lebih buat bicara dan dari awal kamu sudah berniat tidak menjawab IYA, hati-hati juga imbasnya. Ibarat kata suka atau disukai sahabat itu ditolak atau diterima menolak atau menerima ada resikonya. Ketika kamu sudah nolak usahakan jangan menghindar atau berbeda lebih menjauh walu beberapa saat itu wajar.
Nah buat yang cowok-cowok nih juga gak beda jauh sama tips-tips di atas. Ketika kamu menyukai sahabat cewekmu sebeum kamu kasih kode pastikan dia lajang broo, setelah itu cari tahu apakah ada cowok yang sedang mendekatinya atau yang sedang disukainya cari tahu apa yang dia sukai (berhubung kalian sahabat biasanya ini akan lebih mudah buat cari info), gak usah grasak-grusuk pastikan kamu memang benar-benar menyukainya sebagai seorang perempuan. Kamu juga mesti belajar menerima ketika dia hanya menganggapmu sahabat bukan antara laki-laki dan perempuan.

Yang ribet dalam hal ini bukan ketika jatuh cinta tapi ketika putus yang aku lihat sih demikian. Gak semua orang setelah putus hubuungannya baik-baik saja. Itu yang aku rasakan sendiri. Meskipun aku bersyukur mantan-mantanku bukan salah satu dari sahabatku.Pada awalnya ketika masih bersahabat terbuka saling cerita saling menghibur bercanda pun gak tanggung-tanggung gak canggung-canggung setelah putus mau nyapa pun rasanya bibir kelu melihat si dia dengan orang ain apapun status mereka apalagi ketika awal putus sakit rasanya (terutama yang masih cinta ketika putus), tambah lagi kalau putusnya gak secara baik-baik entah karena bertengkar, masih ada unek-unek yang nyangkut di tenggorokan dan belum tersampaikan, masih cinta tapi yang satu udah gak ada perasaan, satu pihak merasa satu lain gak perhatian lagi. Aku akui memang sulit. Walau alhamdulillah belum pernah dan berharap tidak mengalami nya. Tapi beberapa kasus yang pernah saya tahu rata-rata demikian. Ada yang sebentar atau jangka lama. Berada dalam tahap canggung atau sebal melihat orang yang jadi sahabat dan sekarang statusnya jadi MANTAN PACAR tersebut.
  1. Kalau dia yang duluan memutuskan hubungan kalian biarkan dia tenang buat beberapa waktu, biarkan orang yang pernah kau anggap sahabat cewek/cowok itu menstabilkan pikirannya. Tapi kalau kamu yang duluan memutuskan hubungan itu pikirin cara yang tepat, pikirin damapknya sama persahabatan kalian. Kalau kamu masih dalam emosi mending simpan bentar kata PUTUS nya daripada perang dunia ke 7 pecah. 
  2. Bukan hal aneh ketika sudah putus segala kejelekan mantanmu itu terlihat dan segala kebaikannya seolah tertimbun jauh di bawah tanah sejauh ribuan kilometer. Nah, aku saranin sejelek apapun dia simpan kejelekannya apalagi kalau sebelum jadi mantan dia adalah sahabatmu. Bagaimanapun walau ada mantan pacar aku belum pernah menemukan ada mantan sahabat. Sahabat itu sudah seperti saudara dan menutupi kekurangan saudara mu lebih baik walau gak mudah.
  3. Keluarkan unek-unekmu pada orang yang tepat yang bisa menjadi pendengar yang baik. Tell what you feel right now.
  4. Ketika keadaan sudah mulai membaik emosi di antara kalian sudah tidak segede api unggun yang menyala lagi, cobalah mulai saling berkomunikasi, menyapa atau menelpon berbicara secara BAIk-BAIK. Memendam amarah gak bakal bikin selesai masalah.
  5. Maafkan dia. Kalaupun pada akhirnya kamu merasa dia sudah tidak seperti dulu, dia tidak memahamimu lagi, dia tidak seperti saat kalian masih bersahabat, kalian canggung untuk saling berbagi lagi. Ingat dunia ini gak statis broo sist, perubahan itu ada. Mungkin itu perubahan yang kalian alami.
  6. Hal terparah dan paing tidak aku harapkan adalah para pelaku menjadi bermusuhan atau condong ke arah itu. Teori memang gampang tapi praktek gak selalu mudah. Ketika kamu sudah memaafkan, berbicara baik-baik, mecoba menjalin komunikasi sebagai sahabat kembali namun responnya masih kurang baik. Biarkan saja jangan terlalu ngotot. Ingatlah filosofi genggaman beras, ketika kamu genggam terlau kuat berat itu akan berceceran dari tanganmu namun ketika beras itu ada dalam posisi yang benar dalam tanganmu walau ada yang tercecer hanya sedikit, begitupun hal ini jika kamu terlalu ngotot pada sahabtmu itu boleh jadi dia maah menjauh bukan mendekat broo sist
Soo, setelah membaca sejauh ini pasti kalian bertanya tanya kok kamu so tahu banget sih Tis? Memang kamu pernah mengalami hal ini? (Pengen lebih menghayati sambil dengerin lagu ini Those Bygone Years itu Ost You Are The Apple of My Eyes. Buat yang udah nonton pasti ngerti bagaimana rasanya buat yang belum lain kali aku review Insya Alloh)
Oke aku berani nulis hal ini karena aku pernah punya perasaan lebih pada salah satu sahabatku, namun alhamdulilah gak sampai jadi mantan keburu bisa mengendalikan perasaan. Soo let me tell those years those stories about me and him. Aku gak bisa bilang siapa namanya, Aku pernah menyukai dia ketika aku kelas VIII SMP sampai aku lulus SMA pun masih ada rasa yang tertinggal. Memang kadang aku berpikir untuk bertindak lebih berani. Kadang aku kangen saat-saat kami masih jadi remaja tanggung ketika kami sering menghabiskan waktu berdua bersama-sama walau sekedar membaca buku di tangga dekat kelas. Mendengarkan dia bernyanyi menggunakan gitar. Sebelumnya aku gak pernah berani menceritakan apapun tentang hal ini pada hal intinya, hanya orang-orang tertentu yang mengetahuinya, namun kini biarlah kalian membacanya sebagai bahan renungan buat kalian bahwa jatuh cinta ,menyukai dan rasa sayang itu sulit buat milih gak seperti kamu milih jurnal yang valid. Bahwa ada perasaan yang kamu rasakan tapi kamu sadar sulit untuk bisa bersamanya karena berbagai hal. Back to story guys, singkatnya banyak banget cerita yang terjadi saat kami masih berada pada kelas dan sekolah yang sama selama masa putih biru. Pada akhir masa putih biru aku pikir perasaanku sudah hilang karena awal masa putih abu aku semapat menjalin hubungan dengan orang lain dan sempat juga menyukai orang lain selama di putih abu. Namun ketika aku menginjak kelas XII aku sadar aku masih menyukai dia, aku sadar masih ada cemburu melihat dia disukai sama perempuan-perempuan lain, dan lain sisi aku juga membenci kenyataan bahwa kami melanjutkan pendidikan di kota yang berbeda. Di sisi lain aku juga bahagia saat-saat itu tahun itu kami menjadi lebih dekat kembali. Pulang sekolah bareng, aku ingat kami pernah pulang sekolah berdua hari Jumat ketika aku selesai kumpulan jurnalistik dan kami tidak janjian. Saat kami mengunjungi ekspo perguruan tinggi bersama sahabat-sahabat kami. Saat kami berkumpul di rumah orangtuaku. Saat yang aku harapkan kadang tidak berakhir waktu itu, tapi waktu memang terus bergulirkan? Aku ingat waktu dia berangkat ke ibu kota Jawa Barat aku mendapat pesan singkat dan saat itu aku berpikir aku merasa kehilangan sesuatu hal.
Sering aku berpikir aku iri pada aku dan dia ketika kami masih berada pada bangku SMP ketika menyayangi seseorang itu masih simpel, ketika jalan pikiran belum serumit itu, ketika mengartikan perasaan masih sederhana, ketika cemburu masih dianggap orang lain sebagai anak kecil yang sedang kena cinta monyet, ketika aku bisa bersamanya sesuka hati melakukan berbagai hal. Biarkan aku sedikit membuka lembaran itu untuk aku baca malam ini. Pernah aku bertanya dalam hati apakah dia juga memilik perasaan yang sama sepertiku? Pernah memendam perasaan tahun-tahun itu? Ya seperti itulah dilema yag pernah ku haddapi satu hal yang aku syukuri aku masih bersahabat dengannya dan aku bisa mengendalikan perasaanku. Mungkin lagu ini bisa menggambarkan sebagian perasaanku yap Those Bygone Years girl version.

Pada intinya perasaan antara sahabat adalah hal wajar tergantung kamu mau menjadikan peluang perasaan itu medekati satu atau mendekati nol. Satu hal tolong diingat mantan pacar itu ada tapi MANTAN SAHABAT TIDAK ADA. Yap segitu dulu cerita untuk malam ini yak.
Jika masih ada yang terasa kurang mohon maaf hehe, aku menulis sesuai apa yang terlintas dalam benakku. Ingat broo sist ketika kalian sudah memiliki orang-orang yang mendapat tempat terssendiri di hati kalian orang-orang yang kalian sebut sahabat apalagi jika sudah kalian anggap kakak atau adik jaga mereka jaga dalam artian holistik.

Senin, 30 Juni 2014

Lagu Sebuah Cerita

Diposting oleh Icha Tisa di 05.41 0 komentar


Setiap tempat memiliki cerita pada setiap sudut yang telah terlalui. Meski pun itu hanyalah seonggok bangunan namun cerita yang tersimpan di dalamnya entah sudah berapa mungkin tak terhitung. Tiap orang yang datang dan pergi atau sekedar melewatinya membawa cerita mereka masing-masing yang berbeda. Entah itu cerita bahagia mupun kisah pilu yang menyertainya.
Jika sebuah kenangan hanya tersimpan di seonggok tempat mungkin begitu mudah untuk menghapusnya. Bila sepotong kenangan hanya tersimpan dalam selembar foto yang mengingatkan pada cerita indah yang sudah bahagia, mudah saja tinggal merobek foto itu, begitu pula jika selembar kertas masih tersimpan kenangan di dalamnya bakar saja selesai masalah kan? Namun bagaimana bila kenangan yang mungkin ingin aku atau orang lain di luar sana disebut kenangan indah yang brengsek nyatanya bukan hanya seonggok bangunan atau selembar foto? Ya ada hal lain yang terlupakan bila kenangan tersebut ada dalam sebait nada lagu, nyanyian indah yang senang kau dengarkan, sayang kini bahkan sebelum intro selesai pun kau sudah keburu muak mendengar lagu itu. Walau orang yang membuatmu muak dengan lagu itu bukan mantan pacarmu
*******
‘Aih kenapa mesti lagu itu lagi sih? Mana yang muter kak Rangga lagi. Protes nggak ya, mau minta ganti lagu dia tahunya aku suka lagu itu.’ Aku hanya bisa mengumpat dalam hati. Sebenarnya bukan lagu itu yang bersalah. Lagu itu tidak salah apa-apa. Bahkan orang yang penyanyi asli lagu ini pun tak pernah bertemu denganku.
Iya dulu aku suka lagu ini, hampir setiap hari lagu ini yang kuputar sampai-sampai sahabatku berkata apa tidak ada lagu lain yang aku tahu. Sebenarnya aku memiliki banyak lagu entah itu di HP atau gadget lain namun lagu ini terasa begitu spesial. Lagu yang pernah dinyanyikan oleh laki-laki yang pernah mengisi hari-hariku. Saat aku menjadi mahasiswa baru di kampusku. Ah sampai sekarang pun jika kau menyuruhku menceritakan tentang dia, aku masih bisa mengingatnya. Kecuali, pada bagian akhir cerita yang sudah kulempar jauh ke tengah samudra.
Flashback 2 tahun yang lalu
“Oke setelah acara pembukaan, mari kita nikmati malam yang indah di bawah sinar rembulan dan cahaya bintang ini diiringi petikan gitar dan suara merdu kak Dimas.” Seorang panitia yang menjadi pembawa acara pada malam keakraban ini menyebutkan suatu nama. Dimas? Siapa dia? Aku pun tak tahu karena aku tidak hapal nama satu persatu panitia kegiatan silaturahmi mahasiswa baru ini. Tiba-tiba keluar dari seseorang dari tenda panitia keamanan yang membuatku menegang seketika.
Ternyata dia orang yang pernah menghukumku jalan kodok di hadapan teman-teman ketika aku lupa tidak memakai atribut. Aku lihat kakak-kakak panitia yang perempuan mulai histeris melihat kak Dimas padahal tak ada yang istimewa dari dia. Memang tampan sayangnya galak jutek lagi. Wait, dia menyanyikan lagu favoritku suaranya memang bagus.
End flashback.
Gak ada satu hal istimewapun, sampai suatu hari aku hendak meminjam literatur di perpustakaan dan aku baru sadar kartu anggota milikku tak ada di dompet. Padahal aku benar-benar memerlukan buku itu untuk bahan laporan praktikumku. Saat aku sedang memelas pada bapak penjaga perpusatakaan yang sayangnya tak peduli dengan wajah memelasku ada orang di belakangku yang berkata “Pak ini, dia pakai kartu punya saya. Kami perlu buku itu untuk bahan diskusi.” Saat aku melirik ternyata itu kak Dimas. Awalnya aku ingin membantah sayang buku itu keburu diambil kak Dimas.
Sejak itulah awal kedekatan kami. Pernah kutanya kenapa saat itu dia ada di perpustakaan dan mengapa dia mau meminjamkan kartu anggotanya? Dia bilang sebagai permintaan maaf gara-gara menyuruhku jalan kodok dan membuatku menahan malu di hadapan teman-teman. Aku juga tidak mengerti awal ceritanya semua mengalir begitu saja hingga kami sering menghabiskan waktu bersama. Makan siang di kantin, atau sekedar mencari bahan diskusi di perpustakaan. Kedekatan yang tak jarang disalahartikan orang lain. Apalagi menurut kabar yang ku dengar waktu itu kak Dimas kabarnya disukai oleh teman teman senagkatannya yang notabene seniorku. Yaa kami memang dekat. Dia bahkan sering mengunjungi kosku meski aku sudah sering pula melarangnya. Bukan kenapa aku tidak enak dilihat teman-teman kosku yang sebagian seangkatan dan kenal dengan kak Dimas. Namun bukan kak Dimas namanya kalau nurut. Dia bahkan pernah bertemu keluargaku. Ya dia memang sosok yang pantas disukai banyak orang.
Banyak hal yang kuketahu tentangnya bahkan kehidupan pribadinya tapi ada satu hal yang tak kuketahui yaitu siapa perempuan yang dia cintai. Setiap aku bertanya pasti dia selalu menjawab “Aku belum tahu Lika santai sajalah hidup tak sependek pikiranmu. Lagian kenapa kamu tanya gitu? Cemburu? Takut aku lupa sama kamu ya? Nyantai aku gak bakal kok lupa sama kamu, malah aku khawatir kamu duluan yang akan melupakanku setelah kamu punya pacar. Sana deketin gebetanmu biar gak jadi cewek yang kesepian haha.” Selalu begitu akhirnya aku yang diejek samapai aku malas bertanya.
Nyatanya dia duluan yang punya pacar. Dia pula yang lebih dulu melupakanku. Aku masih ingat saat itu libur 2 minggu, ya waktu yang cepat untuk mengubahnya. Awalnya aku tak paham dia tiba-tiba menghindar dariku. Aku salah apa ya? Itu hal yang pertama aku pikirkan. Tapi semua pemikiran itu sirna, saat aku secara tak sengaja melihatnya menggandeng tangan seorang perempuan yang aku tahu teman seangkatannya. Aku tahu dia sejak dulu menyukai kak Dimas. Bahkan saat ku coba menghubungi kak Dimas malah dibalas “maaf ini siapa ya?” aku kaget kak-Dimas-menghapus-nomorku?. Ternyata Hpnya sedang dipegang pacarnya mereka lagi jalan rupanya. Sejak saat itu hingga detik ini kami tidak pernah saling kontak.
Kami dekat tapi kami bukan sepasang kekasih ataupun pasangan pendekatan maupun tanpa status atau teman tapi mesra. Aku hanya menganggapnya kakak yang tak pernah aku miliki begitupun dia sepertinya. Tak ada getaran saat di dekatnya aku sayang dia sebagai kakak. Sepertinya ada yang menyalahartikan hal itu.
“Lika, ayo kita sudah sampai.” Suara kak Rangga mengagetkanku. Ah, rupanya kami sudah sampai di depan taman ini. Sudah lama kak Rangga mengajakku untuk mengunjungi taman ini di sore hari. Tiba-Tiba terdengar langkah kaki menghampiri kami berdua.
“Lika, sedang apa? Syukurlah aku bisa bertemu lagi denganmu.Kamu sama siapa Lika?Inikan kak Rangga kamu bareng dia?” Melihat sosok di depanku ingatan dua tahun lalu itu kembali mengantam ingatanku.
“Oh kakak masih peduli ya padaku, setelah dua tahun menghilang tanpa kabar membuatku seolah jadi kambing hitam antara hubungan kakak sama cewek yang entah siapa. Tahu kan kak aku sayang sama kamu kayak ke saudara kandungku sendiri? Apa maksudmu? Iya kak Rangga sekarang pacarku. Ingat kak aku gak kayak kakak yang udah punya pacar lupa sama teman sendiri lupa sama sahabat sendiri. Aku bukan pengecut seperti itu. Ayo kita pergi kak.” Tanpa sengaja kutarik tangan kak Rangga. Tapi kak Rangga menahanku.
“Lika, ingat di awal kebersamaan kita kamu pernah cerita bahwa pernah ada seseorang yang kamu sayangi seperti kakak kandungmu. Aku tahu samapi saat ini kamu sayang sama dia sama seperti kamu sayang ke sahabat-sahabatmu yang lain. Egois gak baik lho,mending kamu selesaikan. Everything happens for a reason. Beri Dimas waktu untuk menjelaskan.” Jika saja bukan kak Rangga yang berkata mungkin aku sudah lari.
“Lika, aku tahu sikapku 2 tahun lalu itu benar-benar salah. Menjauhimu. Waktu itu dia yang jadi pacarku memintaku menjauhimu di dunia nyata atau dunia maya. Aku sudah terlanjur mencintainya. Ya samapi saat inipun aku masih bersama dia. Aku baru sadar ketika teman-teman kita yang lain mengetahui kerenggangan kita dan mereka seperti menyalahkanku. Awalnya aku tak terima. Tapi setelah beberapa lama aku sadar aku yang salah, menjauhimu padahal kamu tidak salah apapun dalam hal ini.” Ujarnya.
“Terus apa sekarang yang kakak mau? Sana pergi sama pacar tersayangmu itu.” Siapa yang tak kesal, orng yang kamu anggap kakak atau sahabat tiba-tiba pergi dan lalu muncul minta maaf dengan polosnya. Walaupun aku dalam lubuk hati masih ingin menganggapnya sahabat atau kakak tapi ego masih menyelimuti pikiranku saat ini. Tanpa sadar ku tatap kak Rangga menatapnya memberi isyarat akau harus apa sekarang?
“Maafkanlah, bermaafanlah kalian saling tidak bertegur sapa itu gak baik. Lagian sikap Dimas yang sudah berani minta maaf ya walau telat sih kelamaan kamu Dim nunggu dua tahun dulu.” Saat seperti ini kak Rangga masih bisa terkekeh.
“Apa kamu masih mau jadi sahabatku jadi adikku lagi Lika? Aku janji gak bakal kayak dulu lagi yaa kamu bisa pegang ucapanku. Aku sadar walau punya pacar bukan berarti kita ninggalin teman-teman kita bukan begitu kak Rangga?”
Kenapa mesti bawa-bawa kak Rangga, yaa aku memang masih menganggap dia teman walau beberapa yang lain pernah berkata untuk apa punya teman atau sahabat seperti dia. Kubalas ucapan kak Dimas dengan seulas senyum. Mungkin ini saatnya memaafkan apa yang telah terjadi pada saat yang lalu.


JALAN PART 2 (LIKA-LIKU ANAK KEDOKTERAN)

| 2 komentar |

Keterangan: Foto saat melakukan komuda blok Kedokteran Jiwa. Salah satu momen yang memiliki kadar kebahagiaan lebih selama di FKIK

Sudah empat tahun berlalu sejak pengumuman penerimaan mahasiswa baru di UMY, saat itu aku masih ingat jelas bagaimana momen yang terasa nano-nano antara mengharukan dan konyol terjadi ketika itu. Semua berawal dari aku bangun hampir kesiangan dan sudah hampir terlambat masuk sekolah namun, orangtuaku tiba-tiba mengingatkan bahwa hari itu adalah jadwal pengumuman hasil PMDK UMY gelombang 1. Antara penasaran dan gak pede bismilah aku buka web dan mencoba mencari namaku yang alhamdulillahnya ketemu. Terasa konyol karena jam 06.45 hampir jam tujuh kurang sepuluh aku baru berangkat dari rumah padahal jarak dari rumahku ke sekolah bisa menghabiskan waktu 15 menit menggunakan motor. Eits, tapi jangan salah punya ayah yang selalu berjiwa muda dan gak mau kalah sama anak muda yang mengendarai motor gede menyelamatkanku dari kesiangan dan kena poin. Kocak memang jika mengingat hal itu kembali. Saat ini ketika jari-jariku tergerak entah mengapa untuk melanjutkan cerita dari Jalan (Perjalanan Menuju Kedokteran UMY 2013) aku sudah mendekati penghujung perjalanan sebagai mahasiswi kedokteran. Eh jangan salah bukan berarti selesai wisuda langsung kerja atau bebas hehe masih ada koas selama dua tahun yang harus kujalani. Sebenernya udah sejak lama pengen bikin Jalan Part2 kayaknya bakal garing kalau aku menulis ini tiga tahun lalu saat masih tingkat satu. Nah, makanya aku memutuskan untuk menulisnya setelah aku berada di tingkat 4.
Menjadi mahasiswi kedokeran adalah salah satu hal yang sangat kusyukuri dalam hidupku meskipun menjalaninya kadang bahkan sering terasa tidak mudah. Dulu saat aku masih awal SMA aku membayangkan jadi mahasiswa itu bebas pakai baju apapun, kuliah cuma Senin sampai Jumat bisa pulang ke rumah sebelum matahari terbenam gak seperti jaman SMA, sibuk les ini les itu kegiatan ekstrakurikuler sampai aku beneran rindu yang namanya tidur siang sampai puas. Sayangnya, gak selamanya ekspektasi sesuai dengan kenyataan termasuk tentang ini. Ketika kamu jadi mahasiswa kedokteran kamu memang bebas mau pakai baju warna apapun gak ada larangan atau keharusan pakai baju warna tertentu tapi aturan berkaian tetap ada. Misalnya yaa kalau hari ini ada praktikum atau kegiatan skills lab maka harus pakai rok buat cewek dan cowok pakai celana kain semacam itu. Aku yang saat itu berharap bisa pakai celana ke kampus langsung merasa Ya Alloh empat tahun pake rok, gaun atau sesuatu sejenisnya? Apa aku bakal kuat? Haha memang terkesan aku melebih-lebihkan tapi jaman SMA dulu gak terlalu pede pakai rok, namun di sinilah kadang keadaan yang membuatmu belajar bagaimana memadu-madankan pakaian termasuk cara memakai gaun dan rok yang pantas. Tingkat pertama akau memang seperti anak polos. Pakai rok dan kaus kaki yang kalau dipikir dan ngelihat foto jaman tingkat pertama bikin ketawa-ketawa karena baju sama rok nya gak matching banget. Kemudian keberanianku mulai bertambah ketika melihat kakak-kakak angkatan dan teman-teman perempuan ada yang memakai celana itu pun ketika aku sudah masuk tingkat kedua dan masih jarang. Dulu aku suka mikir kayak gini, ngapain sih mesti pakai kayak gitu,ribet kenapa gak boleh pakai celana jeans dan baju kaos yang lebih nyaman versiku. Sekarang mungkin karena udah terbiasa semua menjadi jauh lebih nyaman dan ketika memakai rok, atau gaun atau celana kain itu bagiku memang terasa jauh lebih sopan dan aku kini menganggapnya sebagai suatu cara menghargai orang lain entah pasien di masa depan ataupun rekan kerja nantinya lagipula itu bukan hal yang buruk kok. Melakukan suatu perubahan ke arah yang lebih sopan dan lebih baik tanpa disadari hehe. Anggaplah suatu pembelajaran bagaimana caranya menjadi perempuan yang lebih anggun hehe.
Anggapanku soal jam kuliah ya memang gak sepenuhnya bener dan gak sepenuhnya salah juga sih. Hmm buat temen-temen yang baca tulisanku ini dan masih duduk di bangku SMP atau SMA aku mau nanya nih kalau guru gak masuk terus pas kebetulan gak dikasih tugas kalian bebas keluyuran gak sampai guru jam pelajaran selanjutnya datang? Enggak kan, ya palingan kalian bisa ke kantin aja tapi gak sampai jauh ninggalin gerbang sekolah. Nah, kalau kuliah itu di sini asiknya misalkan kuliah jam pertama dari jam 08.00 sampai jam 10.00 terus kuliah kedua baru dimulai jam 1 siang nah kan ada jeda waktu tuh, kami bebas memanfaatkan jam tersebut mau pulang kos dulu, mau tidur, rapat atau apapun itu terserah.
Di tempatku kuliah waktu perkuliahannya berlangsung dari Senin samapai Sabtu jadi kayak jaman SMA dulu bahkan ditingkat pertama hampir gak pernah ada jadwal kosong yang diganti lain hari masuk jam 07.30 baru keluar setelah matahari mau terbenam, belum lagi jadwal praktikum. Kegiatan selain kuliah kalian gak wajib buat mengikutinya itu optional gak kayak jaman SMP atau SMA yang kadang diwajibkan. Pilihan kegiatannya pun banyakmulai dari UKM jurusan sampai setingkat universitas. Aku sendiri akhirnya melabuhkan hati di MARS, semacam UKM penelitian setingkat jurusan. Udah itu aja satu doang. Awalnya aku ngerasa minder lihat kakak-kakak angkatan yang udah wara-wiri ke sana kemari ikut lomba dan jadi juara belum lagi teman-teman seangkatanku yang pernah juara karya ilmiah aku mah apa ngerti gagagsan tertulis aja belom saat itu. Tapi Alloh emang tahu yang hambanya pengen. Semester dua saat aku lagi patah hati berat (cieelah bisa patah hati juga ternyata haha) saat itu juga mulai ada tawaran buat ikut lomba bareng kakak angkatan. Karya pertama yang kubuat waktu itu bareng kak Choir buat PKM GT walau gak masuk tapi udah seneng banget dapet kepercayaan buat gabung bikin karya sama kakak angkatan. Kemudian setelahnya aku jadi semnagat untuk ikut lomba-lomba lain yaa bisa dibilang sebagai pelampiasan dari patah hatiku juga sih. Ketika kamu patah hati kamu punya dua pilihan melampiaskannya pada hal negaif dan IP mu serta dirimu makin terpuruk atau mencoba melampiaskannya pada hal positif .
Puncak kebahagiaanku ketika itu karyaku bersama mba Almas , seorang kakak angkatanku juga berhasil masuk 10 besar lomba karya ilmiah mahasiswa kedokteran di Universitas Sriwijaya dan masuk babak presentasi Temilnas 2014. Both of that event almost happended in the same time dan gak mungkin kami ijin kuliah kebanyakan karena buat ujian juga ada batas absennya. Akhirnya diputuskanlah aku yang mengikuti Temilnas dan di sana mataku terbuka bahwa pengetahuan di uar sana sudah jauh berkembang sampai tingkat sel genetika dan sumber bacaan sejwat lainnya bahkan jauh lebih keren lagi. Kami memang gak jadi juara di dua event itu tapi bisa masuk babak presentasi dan mempresentasikan karyamu di depan orang lain yang sama sekai gak kamu kenal bagiku itu suatu kebahagiaan seperti mimpi yang terjawab.
Itu hanyalah salah satu contoh suka dari suka duka yang aku jalani selama jadi mahasiswi kedokteran. Memang sih hdiup kan wajar ada suka dan duka. Kalau ditanya apa duka jadi mahasiswa kedokteran? Hehe banyak yaaa walau sukanya juga jauh lebih banyak. Aku inget jaman SMP beberapa guru-guruku ada yang heran kenapa aku gak pernah remed dan hehe di kedokteran aku mengalami yang namanya remediasi. Pertama kali remed gimana rasanya? Sedih itu sudah jelas, IP sempurna semster 1 tiba-tiba jatuh drastis di semester 2 karena aku gak bisa menjaganya.  Motivasi belajarku di semester dua juga turun drastis, aku lebih senang untuk menghabiskna waktuku dengan bemain dan malas belajar. Walau menyakitkan ada satu pembelajaran yang bisa kubagi buat siapaun yang membaca ini. Patah hati atau kecewa dengan kehidupan asmara itu bisa terjadi kapan saja dan sayangnya ujian apapun itu ujian blok, uts gak bakal nunggu kamu pulih dari patah hati. Maka, ketika hal itu terjadi dalam hidupmu pastikan kamu ya harus siap inget cari dukungan sosial buat menguatkan dirimu, bisa dari sahabat atau keluargamu. Hal yang satu ini memang agak gimana gitu sih tapi bisa jadi motivasi juga yaitu berusaha membuktikan pada mantanmu kamu bisa jauh lebih baik dan berfaedah, bisa jauh lebih pintar. Intinya jadi lebih baik dan nunjukkin ke dia kamu baik-baik aja walau tanpa dia.
Hmm pernah suatu hari ada yang nanya ke aku blok apa yang nilainya bikin kamu bangga dan bahagia lebih dari lainnya? Bagiku setiap blok ya memang harus disenangi dan berusaha untuk menikmatinya tapi ada satu blok yang amat berkesan. Blok 13 Ilmu Kedokteran Jiwa. Jadi waktu itu aku daam perjalanan ke kampus untuk mengikuti OSCE nah pas banget mau belok kampus motorku ditabrak motor mahasiswa lain dari belakang dan badanku ketindihan, agak kocaknya yang kuingat waktu itu pas setelah jatuh bukan badanku atau motorku tapi udah sampe NIM berapa OSCEnya? Kocak juga sih, ya waktu itu temen-temenku alhamdulillah pada baik banget jemput aku dari gerbang ke fakultas da walaupun udah disuruh temen-temen buat nenangin diri dulu aku ngotot masuk sesuai NIMku. Kocaknya yaa keadaanku saat itu masih kaget dan butuh ditenangkan sedangkan pasien yang udah nunggu distase yang au gak tahu kasusnya apa juga butuh dikonseling dan dilakukan penilaian dan pemeriksaan juga. Untungnya nih pasien OSCEku dapetnya pasien yang ceritanya dia depresi jadi dia nunduk terus dan diem gak banyak gerak jadi aku bisa duduk sambil nanya-nanya ke pasiennya. Gak nyangka ternyata niai akhirnya alhamdulillah di luar ekspektasiku yang udah negative thinking hehe.
Ada juga yang sering bertanya-tana katanya kuliah itu individualismenya tinggi ya bener gak? Ya pada beberapa hal itu bisa jadi benar. Aku selama ini oke-oke aja pergi ke perpustakaan sendiri, cari makan sendiri, belajar sebelum praktikum sendiri. Tapi ada saat lain aku lebih menikmati bersama teman-temanku. Terkait hal ini aku punya satu cerita menarik. Kejadinnya bulan ramadhan 2016 akhir blok 18 sistem reproduksi. Setiap akhir blok kan ada plenary discussion nah presentannya dipilih dari salah satu kelompok tutorial. Nah,saat itu ternyata kelompok tutorialku yang terpilih itu pengumumannya pas hampir adzan magrib dan aku yang tadinya udah berencana buka bersama temne kosku terpaksa membatalkannya dan nafsu makanku turun drastis. Jadilah malam itu aku gak tidur di kosan dan mengerjakan power point bareng tutorialku di rumah salah satu teman kami Dimas. Awalnya aku agak bete soalna gak jadi buka puasa di luar sama teman kosku tapi ternyata Alloh menggantinya dengan kebahagiaan lain yang mengasyikkan. Seumur hidup baru kali itu sahur bareng teman-teman, ya kalo buka puasa bareng udah mainstream yaa,tapi kalau sahur bersama? Tidur bareng seruangan itu di ruang tamu. Terus hampir kesiangan pas mau presentasi gegara ketiduran di kosan. Itu pengalaman yang gak terlupakan.
Sistem kurikulum di kedokterang yang beda sama fakultas-fakultas lain di kampusku juga bikin temen-temen yang beda fakultas kadang heran kok kamu ujian terus sih?Belajar terus? Ya kami ujian setiap selesai blok. Ada MCQ yang isinya semacam kasus-kasus yang ada pilihan gandanya semacam ujian teori, terus ada ujian OSCE ya kalau bahasa gampangnya ujian meriksa pasien, terus ada responsi yaitu ujian laboratorium. Selain itu juga ada minikuis yaitu 10 soal yang kamu kerjakan sebelum memulai diskusi atau tutorial setiap pertemuan kedua. Ujian-ujian itu tiap selesai blok mungkin itu sih yang bikin teman-teman mikir aku ujian kayak tiap hari.
Sebenarnya kuliah di kedokteran itu tergantung dari bagaimana kamu menikmati dan menyikapinya. Seseorang pernah mengatakan kepadaku ketika aku bertanya tentang koas, bagaimana koas itu? Ya kamu akan mendaat jawaban berbeda dari orang berbeda tergantung bagaimana orang itu memandangnya. Jika dia menjalaninya,menikmatinya dan aman-aman aja ya kamu bakal dapet cerita yang bagus tapi kalo sebaliknya ya kamu bakal dapet cerita kalo koas itu capek dan sebagainya. Nah jadi mahasiswa kedokterang yang belum koas juga kayak itu jawabannya sama tergantung bagaimana orang tersebut menjalaninya.
Besok aku masuk blok 23 dari 24 blok yang harus kulalui setelah itu aku akan masuk koas. Semoga Alloh mengaminkan pilihanku terkait homebase untuk koas yang kuharap di situ aku akan ditempatkan.
Masih banyak dan begitu banyak cerita yang belum kubagikan. Jika di antara kalian yang membaca ada yang penasaran dan ingin menanyakan hal-hal apapun itu kirim saja pesan tak perlu sungkan yaa jika bisa ku jawab akan kujawab.
Oh iya jangan lupa bahagia dan dapetin jodoh yaaa haha.


LEER MÁS...

Tentangmu, Kesunyian dan Penantian

| 0 komentar |

1
Masih adakah setitik bara masa lalu yang masih tertinggal di sudut hatimu?
Apa bara itu memang belum padam benar?
Mengapa tak coba kau siram saja?
Apa memang sengaja kau biarkan bara api itu tetap ada?

Bolehkan sisa bara itu kusiram?
Maukah kau meninggalkan sisa-sisa perapian yang telah padam itu?
Tak maukah kamu beranjak mencari perapian lain yang dapat menghangatkanmu?

2
Sunyi, sunyi dan sunyi
Benci aku terjebak dalam sunyi tak berkesudahan
Benci aku dengan diammu dan ketidakberdayaanku
Bosan aku dengan kesunyian
Waktu yang terlalui tanpa sepatah kata
Seolah aku dan kamu tak kenal aksara

Haruskah aku berteriak untuk membuatmu tersadar?
Tentang perempuan yang melihatmu dalam keheningan
Seseorang yang hanya bisa mengatakan kerinduan,
Lewat secarik kertas dan sebatang pena


LEER MÁS...

Cerita Abhipraya

| 0 komentar |

Assalamualaikum.
Setelah sekian lama menghilang dan nyoba posting di wordpress akhirnya posting juga di blog ini.
Sebenarnya ini bukan cerita baru. Cerita ini pernah aku ikutkan lomba, yang aku publikasikan ini ada sedikit pengubahan. Please enjoy this story hihihihi.



Ada beberapa hal di dunia ini yang kadang jika dilihat dari satu sudut pandang mungkin orang akan berkata, betapa mengenaskannya hidup seseorang tersebut namun jika dilihat dari sudut pandang lain orang juga mungkin untuk mengatakan mengapa dia tidak menyerah saja? Untuk apa bersusah-susah melewati sesuatu hal yang memiliki peluang keberhasilan paling besar hanya 25 dari 100. Namun, beberapa orang ebih pemilih untuk melakukannya. Mereka yang dipilih dan memilih dirinya sedniri untuk melakukan itu.

Kadang aneh memang mengapa kebanyakan yang berani mengambil 25% keberhasilan itu kebanyakan hanya mereka yang seringkali entah beberapa kali sebelumnya pernah mengalami sesuatu yang hanya memiliki dua kemungkinan yaitu lulus dengan tegar atau kalah dengan pemikiran negatif dan trauma yang tetap menghantuinya. Tidak adil memang tapi inilah hidup dengan segala skenario yang telah disiapkan Maha Pencipta. Mau protes sama siapa? Protes sama Tuhan? Memangnya siapa kamu, berani menyalahkan dia yang maha segalanya,sementara dibandingkan semesta ini kamu hanya butiran debu dan satu dari milyaran aktor di muka Bumi ini. Skenario awal ceritanya sudah ada tergantung bagaimana kamu menjalankan peranmu, jadi pemeran utama yang tangguh atau sekedar pecundang yang tak berani menghadapi masalah dan problematika hidup.

Ya ini tentang seorang aktor kehidupan yang harus melakoni skenario dengan jalan cerita tidak terlalu bagus hmm, bukan tebih tepatnya skenario yang entahlah akupun bingung mengatakannya dalam satu kata terlalu rumit. Cerita anak manusia yang memang ada di luar sana mungkin jarang disadari oleh mereka yang terlanjur bahagia dengan skenario indah.

Sebut saja dia Abhipraya, seperti yang dia katakan padaku saat aku bercakap-cakap dengannya beberapa waktu lalu. Mulanya hanya kalimat-kalimat biasa hingga dia mengatakan semuanya. Saat itu dia masih berusia sekita 16 tahun, seorang remaja yang baru merasakan putih abu. Masa-masa yang seharusnya terasa indah dan penuh kenangan. Tapi tidak bagi Abhipraya. Dia bilang kepadaku, sebenarnya dia sudah tahu bapaknya tak mengizinkan ibunya untuk kembali melintasi angkasa kembali ke negeri sebrang, mengais rezeki demi mencari secercah kehidupan yang menurutnya akan menjadi lebih baik. Sang ibu berontak dia tak mau hanya diam tanpa bisa melakukan apapun. Mulanya semua baik-baik saja perlahan bapaknya menerima kenyataan bahwa sang istri pergi untuk membantunya. Hingga sebulan sebelum kepulangan sang istri dari tanah sebrang, dia mendengarnya sendiri pengakuan dari mulut lelaki yang menjadikannya ada di dunia ini. “Maafkan bapak nak, bapak tak bisa menahan lagi. Bapak sekarang punya wanita lain selain ibumu.” Awalnya dia tak bisa mencerna semua itu sampai dia sadar bapaknya sudah nikah lagi dengan wanita lain. Bukan, bukan perasaannya yang saat itu hancur, tapi suatu bagian dari otaknya yang membuatnya berpikir dan merasakan bagaimana perasaan ibunya mengetahui hal ini. Berbagai hal sudah berkecamuk di hatinya.

“Wanita mana yang tidak hancur lebur hatinya melihat dan mengetahui pria yang selama ini mengarungi lautan kehidupan bersamanya lantas memasukkan wanita lain ke dalam kehidupan mereka? Aku memang laki-laki tapi aku paham. Aku tahu perasaan ibu waktu itu seperti apa hancurnya tapi saat itu dia memilih untuk mengikhlaskan pria yang dicintainya untuk wanita lain dan memilih pergi. Malah aku yang tak terima dengan hal itu jika saja waktu itu ibu mengizinkanku memarahi bapak. Sayangnya ibu bukan wanita seperti itu.” Katanya padaku. Bahkan akupun baru tahu pil pahit yang harus dia telan beberapa tahun lalu itu.

“Orangtuaku bercerai titik keputusan akhir yang tak bisa diganggu gugat. Dunia terasa runtuh untuk pertama kalinya aku. Rasanya saat itu aku ingin pergi ke tengah rel kereta api berteriak sekencang mungkin saat kereta datang di hadapanku. Tak ada lagi tempat untuk pulang yang utuh sandaran itu telah terbelah terpecah. Tidak ada lagi dermaga tempatku melabuhkan penat dan cerita. Hancur lebur. Aku benar-benar hampir kacau saat itu. Buat apa sekolah? Jadi anak baik ya? Untung tak sampai terpikir di kepalaku obat-obatan terlarang itu. Tuhan masih sayang padaku. Tuhan mengirimkan mereka, mengirimkan kalian. Aku bukan satu-satunya di dunia ini yang mengalami hal ini. Masih ada orang di luar sana yang lebih buruk nasibnya. Sampai yang paling kuingat saat itu ada seorang kawanku berkata. Hei bukan hanya kamu yang seperti ini, kamu tidak sendirian. Ceritaku memiliki tema yang sama denganmu, ayahku pergi gak tahu ke mana tapi aku masih baik-baik saja sampai sekarang. Terserah kamu sih mau jadi hancur, terpuruk dan berujung gak dapat apa-apa atau memilih jalan yang lebih baik. Begitulah katanya kawanku itu. Perlahan aku sadar itu adalah batu yang menyandungku bukan untuk menghentikanku. Masih ada harapan banyak harapan. Aku tak mau menampilkan sisi lainku yang lemah, biar ada sisi lemah itu tak boleh aku perlihatkan. Aku harus melanjutkan hidup. Aku bisa. Aku pasti kuat. Aku masih punya satu dermaga walau bukan dermaga seperti orangtuaku. Dermaga yang berbeda ya kalian kawan yang menjadi keluargaku bukan sekedar kawan.”

Saat itu aku termenung, memang benar bahkan bila tak tahu benar dia kelihatan kuat, bisa menyimpan rapi kepahitan itu. Berusaha kuat menyimpannya di tumpukan paling bawah. Sulit dia bilang untuk mengenyahkan kenangan buruk itu dari dirinya. Tapi bukan artinya harus dibagi dan diberitahu pada setiap orang. Sesungguhnya dialah motivator itu yang berusaha tetap berdiri, bangkit perlahan dan tetap berjalan. Ketika kawan-kawan yang lain terjatuh, sakit atau hal buruk apa yang menimpa kawan-kawannya dia sigap menghibur, berusaha membantu. Dia seperti harapan yang selalu berusaha menyala menerangi sekelilingnya.

Sayang, skenario bagus nampaknya belum diraih sepenuhnya oleh Abhipraya. Masih ada gelombang besar yang siap menghantam perahunya. Tidak sebesar gelombang yang waktu itu tapi ini tentang harapannya, keinginan yang sudah lama dia tulis tebal, besar dan jelas dalam daftar mimpinya. Bagi remaja-remaja lain seusianya urusan itu hanya berhubungan dengan bagaimana caranya kamu bisa mendapatkan jatah satu kursi di jurusan serta perguruan tinggi yang kamu inginkan. Urusan biaya? Oh itu urusan orangtua. Kamu cuma perlu duduk manis di dalam kelas. Urusan orangtua, kecuali buat segolongan orang termasuk Abhipraya.

Haruskah aku melibatkan orangtuaku, untuk sesuatu hal di luar kemampuan mereka? Membuat mereka sedih karena sesuatu yang muluk. Cukup doa dan restu itu lebih berharga buatku aku yakin dengan kekuatan doa mereka yang membuatku terlahir di dunia ini jika ada orang yang bertanya padanya kenapa kamu memikirkan biaya kuliah anak muda. Dia memang menjalani semuanya dengan optimis, usaha yang lebih apalagi dibanding dengan diriku. Tapi ingat usaha lebih bukan jaminan skenario yang kamu dapat adalah skenario bagus seperti yang kamu mimpikan.

Lembar demi lembar soal yang berusaha dia isi dengan jawaban terbaik, dengan doa yang selalu teruntai pada setiap soal yang dia isi. Tapi kami terpaksa harus pergi lebih dulu meningggalkan Abhipraya walau kami berusaha menghiburnya dan tak nampak kesedihan mendalam dalam raut wajahnya. Ah dia kan memang pintar berakting seolah semuanya baik-baik saja. Pintar melakonkan salah satu sisi dalam dirinya dan menyembunyikan sisi kelamnya, di mana mungkin di situ ada kesedihan, kekesalan dan kesepian serta penantian yang menyatu jadi satu.

Badai kedua itu datang saat kawan-kawannya pergi meninggalkan kota kecil itu menuju tempat mereka mencari ilmu. Abhipraya? Dia masih ada di kota kecil itu. Semua mengira ombak besar itu meruntuhkan harapannya nyatanya? Dia masih kokoh. “Masih ada tahun depan, satu tahun buat belajar masa tidak cukup. Sini, berikan buku-buku soal kalian buat tes masuk. Daripada sesak di kamar kalian, dengan senang hati aku akan menampungnya di kamarku.” Dia masih bisa tertawa saat itu. Malah membesarkan hati golongan remaja menuju dewasa yang tak pernah jauh dari orang tua dan hampir selama 365 tak pernah jauh dari rumah, dengan berat hati menempati kota baru yang jauh dari rumah demi masa depan.

Meskipun lembar demi lembar soal telah berusaha dia isi dengan jawaban terbaik, dengan doa yang selalu teruntai pada setiap soal yang dia isi. Tapi kami terpaksa harus pergi lebih dulu meningggalkan Abhipraya walau kami berusaha menghiburnya dan tak nampak kesedihan mendalam dalam raut wajahnya. Ah dia kan memang pintar berakting seolah semuanya baik-baik saja. Pintar melakonkan salah satu sisi dalam dirinya dan menyembunyikan sisi kelamnya, di mana mungkin di situ ada kesedihan, kekesalan dan kesepian serta penantian yang menyatu jadi satu.

Setahun berlalu, seolah waktu berjalan terasa begitu cepat. Abhipraya siap dengan segala senjata barunya yang telah diasah tajam untuk kembali ke medan perang. Kali ini dia telah mengorbankan sebuah cita-citanya duduk di salah satu kursi kelas tempat para diplomat perwakilan bangsa belajar. Aku masih ingat kala itu dia sempat berkata padaku ditelpon “Tak apa, bantu doa ya untuk yang terbaik.”

Aneh memang dia yang berperang, kami kawan-kawannya yang merasa cemas, gugup tak karuan yang bahkan ujian hampir setiap bulanpun tak pernah segugup ketika dia kembali ke medan perang tempat perebutan satu kursi. Lebih aneh, perang usai tersirat sedikit nada pesimis dalam dirinya. Nada yang cukup jarang terdengar dari mulutnya. Kami paham tak ada yang bisa meredakan kecemasan yang mulai tumbuh itu, hanya bisa berusaha berada di sampingnya walau pun itu ku pikir sama dengan duduk diam. Namun bisa apa saat itu? Cuma bisa satu hal, menunggu hasil pengumuman tes.

Hari besar itu tiba, kami menunggu kedatangannya sore itu. Berkumpul bersama kami dan membagi kabar baik. Dia datang sore itu, dengan muka kuyu, lesu, lengkap dengan kantong mata dan tanpa senyuman sedikit pun. Aku tahu, kami tahu jawabannya apa. Kata tidak untuk kedua kalinya. Tamat sudah sepertinya, harapan yang perlahan padam. Dia pulang bahkan sebelum kami sempat berkata-kata. Mengatakan akan pergi dari kota ini melupakan mimpinya, melupakan satu kursi itu.

Hari itu benar-benar kepanikan, kebingungan yang ada. Semua mencoba mencari di mana ada satu kursi yang tersedia. Satu kursi tanpa membuatnya meminta hal yang tak ingin dia minta pada orang tuanya. Sepanjang sore itu kami hanya mencari dan mencari. Sampai menemukan beberapa harapan. Meski bukan di universitas yang dia inginkan toh bukan perkara lagi sekarang. Yang penting menyalakan kembali harapan itu. Malam kami kirimselebaran formulir-formulir itu padanya. Memintanya mengisi formulir itu. Cuma ada kata terimakasih singkat. Dihubungi ditelpon dicari hilang tak memberi kabar. Sampai aku dan yang lain, kami semua pergi dari kota kecil itu. Apa mungkin dia tak kuat menahan amukan badai kali ini? Lalu mengapa ketika dulu badai pertama dia kuat? Mencari tahu orang yang tak ingin ditemukan sepertinya hal yang percuma, sudah tak ingin ditemuukan kehilangan harapan pula. Ingin rasanya membiarkan tapi tak bisa bagaimanapun kami sudah seperti keluarga.

Biarkan saja Abhipraya menemukan jalannya sendiri, tidak usah dipaksa tak akan baik nantinya. Seolah kita yang memaksa dia tetap bertahan mendapat kursi saat ini juga. Dia juga tetap manusia biasa yang memiliki sisi lain yang kadang sisi lain itu tak ingin diketahui oleh orang lain. Tersimpan rapat dalam lubuk hatinya. Kita, jadi sahabat hanya bisa membantunya menuntun menemukan kembali jalan dan kalau tak bisa menuntun langsung, doakanlah dia kembali menemukan jalannya yang terbaik. Pada akhirnya itulah kalimat yang terlontar dari mulut salah seorang sahabat kami saat Abhipraya masih entah di mana, mungkin di kota A daerah B atau di rimba raya yang tak terlihat pada peta dunia.

Semua berlalu tanpa kabar, sampai malam itu tiba-tiba sebuah SMS masuk. ‘Doakan aku ya besok pengumuman tes beasiswa aku sudah diterima sudah dapat kursi.’ Abhipraya setelah berhari-hari tanpa kabar tiba-tiba datang dengan kabar itu. Ingin rasanya berteriak di depan wajahnya, meluapkan segala kekesalan gara-gara bocah itu. Tapi aku lega sungguh, dan ketika pada akhirnya kami bertemu kembali pertanyaan itu terlontar dari bibirku. “Hei Abhipraya masih berani bilang aku punya harapan?”

“Berani siapa takut ya setelah ku pikir-pikir aku masih mau bersaing dengan kalian bermimpi bersama-sama. Maaf saat itu aku memang hampir kehilangan harapan tapi malam ketika kalian memberiku formulir-formulir aku sadar satu hal masih ada yang peduli padaku. Aku tidak sendirian ada kalian yang mau membantuku berdiri dan berjalan lagi. Walaupun aku butuh waktu untuk berdamai dengan sisi lain diriku yang kadang menyuruhku berhenti. Tapi aku tidak mau berhenti, terus melangkah meski hidup tak mudah. Karena semua boleh bermimpi kan? Dan itu hak semua orang termasuk aku termasuk kalian semua.” Seperti kata Abhipraya bermimpilah dan berharap sepuasmu biar ketika satu mimpi dan harapanmu tak bisa kau jadikan nyata masih ada semilyar harapan lain yang berusaha membangkitkanmu. Karena seburuknya skenario itu pasti ada jalan cerita yang indah, kapan terjadi? Hanya dia pembuat skenario itu yang tahu..

LEER MÁS...

REFLEKSI 2014

| 0 komentar |

Terompet bersahutan di segala penjuru kota nyala kembang api pun tak mau kalah ikut menerangi malam yang bisa jadi sama atau berbeda tergantung setiap individunya. Sebenarnya ini bukan cerita sejenis cerpen bukan juga curhatan hanya sekedar refleksi hmm bisa dibilang perjalanan hidup dari tahun 2014 yang penuh kejutan. Banyak hal baru hal berbeda maupun hal yang belum pernah ku alami dan pertama kalinya terjadi di tahun 2014. Ini sekedar cerita dan sedikit catatanku tentang 2014, so ayoo mana catatan kalian tentang 2014 yang baru saja berlalu?

JANUARI
Januari bulan pertama awal yang baru, pertama kalinya Januari 2014 merasakan pulang kampung mudik saat liburan sekolah eh maksudku liburan kuliah. Dulu saat masih SMA aku sungguh penasaran seperti apa sih rasanya heboh pulang kampung? Kenapa teman-temanku bilang libur sekolah yang dua minggu itu terlalu singkat padahal aku sudah mati kutu gak tau mau ngapain di rumah. Tapi Januari 2014 membuatku paham ketika kamu jauh dari orangtua dan keluargamu maka saat kesempatan libur datang maka itulah saat yang tepat kamu bisa pulang. Apalagi dengan ya katanya titel mahasiswa. Jangan dikira ya jadi mahasiswa itu enak kayak di sinetron-sinetron yang di televisi. Ke kampus pake rok mini atau celana jeans yang sobek-sobek, nongkrong cantik di kantin atau di mall, hangout ke sana-kemari. Selamat datang di dunia nyata. Tugas dari dosen, praktikum dan masih banyak lagi ya meskipun gak kayak di SMA lebih fleksibel sedikit. Ada dosen ya kuliah gak ada kuliah ya monggo kamu mau ngapain aja.

FEBRUARI
Kelud meletus broo sist. Bayangkan kamu baru bangun tidur terus buka HP, buka Line sudah pada heboh langit jam 6 pagi di Yogyakarta seperti jam 3 atau jam 2 malam dan aku baru saja bangun dalam keadaan setengah sadar masih belum bisa mencerna apa yang terjadi. Ketika aku lihat ke luar kamar seperti bagaimana ya, langit berwarna orange kecoklatan seperti di film jaman baheula alias jaman dulu. Ya kebetulan saat itu pikiranku lagi gak jernih, orang-orang pada di kamar menghindari debu kelud dan aku malah pergi keluar dari kosan. Walaupun pake jaket 2 lapis helm masker dan sepatu, keliling kampus. Sekampus itu debu tebal banget (aku pikir karena di Jawa Timur gak bakal parah dampaknya sampai Yogyakarta) melihat kampus seperti melihat loksai syuting film untuk pembuatan film bersetting jaman dulu banget. Bahkan sampai sejenis polisi tidur aja aku gak sadar. Ringroad sepi jarak pandang ya cuma 2 meter lah saat itu. Debu-debu itu samapi bikin lantai licin dan kelamnya langit Jogja mungkin mewakili kelamnya hatiku bulan itu.
Kelud meletus dan kamu putus. Can-you-imagine-it?
Rasanya ya namanya juga putus keles, adalah rasa sedih rasa sendiri rasa kesepian kehilangan. Beruntung aku memang tidak sendirian menghadapi ini, ada sahabat-sahabatku yang setia menghiburku menyurhku bangkit dan menghadapi dunia ini dengan lebih baik. Menjadikan yang lalu sebagai pelajaran. Tapi itu gak mudah broo awalnya sih namun ternyata gak sulit kok :D.

MARET
Maret awal mula yang baru. Saat PKM GT diberitahukan pada teman-teman saat itu ada tawaran untuk bergabung dalam kelompok PKM GT diajak oleh kakak angkatan saya. Siapa yang bakal nolak? Kesmpatan emas bro sist, saya yang masih bau kencur ini bisa sambil belajar menulis dan melatih kemampuan berpikir saya. Pertama kali ikut PKM GT langsung ikut dua kelompok sekaligus.

APRIL
Ulang tahun saya namun saat itu saya ngerasa gak ada yang istimewa awalnya. Jujur saya iri melihat teman-teman di kampus ketika ulang tahun ada yang disiram air atau diceburin ke kolam kampus ya walaupun sedikit ngeri juga. April pula saya menemukan kembali keberanian berkendara di jalana ramai, gak ada pilihan lain mau nebeng siapa setiap orang punya tugas masing-masing saat itu saya lagi jadi panitia acara nasional di kampus dan tadaa keberanian itu saya temukan kembali. Suatu hadiah yang indah di hari ulang tahun.

MEI dan JUNI
Tidak banyak hal yang berbeda dari bulan ini, namun saya sudah mulai mengenal kembali membuka hati buat menyukai seseorang. Alam bawah sadar yang menyatakan untuk move on sepenuhnya dan kembali ke jalan yang seharusnya. Aku ingat dan mana mungkin lupa di sini awal ceritaku bisa melaju dan berbicara di depan forum ilmiah kedokteran se Indonesia. Aku diajak bergabung dalam satu tim bersama seorang kakak angkatan yang aku emang dari awal sebetulya sudah penegn tapi gak berani bilang, dari perbincangan tentang psikiatri akhirnya berujung tawaran satu tim di Temilnas.

JULI
Bulan yang cukup sibuk dikejar deadline pengumpulan karya untuk Temilnas dan ujian blok 6 serta aku akui itu adalah awal Ramadhan pertamaku puasa hari pertama enggak di rumah dan jauh dari orangtua. Rasanya itu nyesek bro sist. Memusatkan pikiran saat kangen rumah homesick itu gak mudah, bahkan jurnal kedokteran dengan bahasa yang mudah dipahami pun jadi terasa rumit saat berusaha ku baca. Tapi liburan semester 2 terasa lebih bebas lebih indah lebih berkesan daripada liburan semester 1 di tingkat 1. Ehem ya bertemu orang yang pernah disukai harus ku akui menimbukan efek nano-nano. Namun melihat sahabtmu sedih dan terpuruk siapa yang tega?

AGUSTUS
Tawaran ke dua untuk satu tim kali ini event SPORA UNSRI 2014. Dasar aku jarang mikir panjang langsung saja aku ambil tawaran itu. Jujur sedikit banyak 2 Ti tersebut yang membuatku merasakan kembali skenario hidup yang bagus kembali bersemangat seperti menemukan kembali semangat hidup yang sempat redup dan kembali menyala.

SEPTEMBER
Awal yang baru resmi bukan anak bungsu lagi di kampus. September 1 kata BAHAGIA. Orang yang aku anggap kakak sekaigus sahabatku yang kami sempat salah paham sejak Nopember 2013 akhirnya menghubungiku dan akhirnya kami sadar ternyata saling diam selama hampir setahun karena alasan yang cukup aneh yang ternyata bukan sepenuhnya salah dia tapi orang lain yang maaf gak bisa aku bilang (but Im so happy to meet you again kakak). Dua sahabatku akhirnya nyusul jadi mahasiswa Yogyakarta. Satu sahabatku melanjutkan menaiki tangga ilmu di Bandung. Tadaaaa bahkan aku awalnya tak menyangka pada hal ini. Karya tulis kami masuk 10 besar SPORA UNSRI dan salah satu finalis bidang KTI Temilnas 2014. Dengan selang waktu hanya satu minggu dan itu awal blok awal semster akhirnya kami maksudnku aku dan temanku berbagi tugas dan aku memilih ke Surabaya. Walaupun kami gak menang tapi jadi finalis event keren tingkat nasional buat pemula sepertiku rasanya amazing.

 Ini foto di UNAIR saat Temilnas

Foto bersama delegasi dari Fakultas Kedokteran lain di Yogyakarta serta LO kami

OKTOBER
Bulannya kumpul bareng, bahagia itu sederhana. Berkumpul bersama sahabat-sahabatmu yang sudah setahun gak bertemu itu adalah salah satu bentuk kebahagiaan yang tidak bisa dipungkiri bagaimana pun juga. I love this moment!
Berkumpul setelah setahun tidak jumpa

NOPEMBER
Menjadi secret admirer itu tidak mudah kadang melelahkan, itu yang aku dapat di bulan Nopember. Masih banyak hal di dunia ini yang menyenangkan regangkan badan dan jalan-jalan.

DESEMBER
Merasakan bagaimana menjadi koas muda yang sesungguhnya belum jadi koas masih komuda alias koas muda, tapi bisa langsung praktek anamnesis ke pasien diskusi sama dokter di rumah sakit hal yang memotivasiku buat terus belajar. Berkumpul kembai bersama mereka dan yaa ngerjain yang ulang tahun memang menyenangkan.
 Bahkan ngerjain teman pakai kue ultahpun bisa kok haha.
2014 sudah lewat namun cerita dari 2014 semoga menjadi pembelajaran mau yang indah ataupun tidak. Terimakasih untuk kalian semua mama, papah, bang Ridwan, bang Handry, bang Hendri, Indra, bang Nursyamsi, Nina, kak Rizki, Teh Ega, Yani, dek Sentia, mba Almas juga buat semua orang yang telah memberiku pelajaran di 2014 memberiku semangat dan membantuku berubah menjadi lebih baik. SELAMAT DATANG, WELCOME, WILUJENG SUMPING 2015 harapannya lebih baik dari 2014 menemukan aabila tahun ini memang sudah waktunya untuk bertemu, lulus ujian blok, bisa nulis ceren lagi, presentasi KTI di nasional bahkan internasional, bisa bertemu One Direction (aamiin please), mengunjungi London (atau kota lain di luar negeri sebagai langkah awal) dan jaga kami semua ya Alloh aamiin.

LEER MÁS...

You Are The Apple of My Eye Novel (Cerita Tersembunyi Jingteng dan Jiayi)

| 0 komentar |

Sebenarnya film dan bukunya udah ada sejak saya SMA namun edisi bahasa Indonesia bukunya baru terbit 2014 yoook mari saya kasih sedikit bocoran bagi penggemar You Are The Apple of My Eye yang belum sempat baca bukunya.

Apa yang diceritakan pada film dan buku semi-autobiografi Giddens Ko terdapat banyak perbedaan meskipun tidak mengurangi esensi dari inti ceritanya. Suatu perjalanan cinta selama delapan tahun yang begitu mengesankan, cerita cinta yang bukan tidak mungkin pernah dialami juga oleh kita ketika masih berda di bangku sekolah.
Cerita dalam buku ini di awali pada saat Ke Jingteng dihukum oleh Guru Lai karena mencorat-coret dinding kelas pada musim panas tahun 1990 saat itu tahun-tahun itu ketika mereka masih menjadi siswa-siswi kelas seni 2A SMP Jingcheng di Changhua. Jingteng merupakan tipikal siswa yang sebenarnya cerdas namun dia malas berpikir, dia lebih suka membuat lelucon untuk teman-temannya. Jingteng yang masih kekanak-kanakkan dipaksa duduk di depan seorang siswi canti yang masuk dalam daftar salah satu yang paling pintar di kelas mereka, Shen Jiayi. Pada awalnya mereka hanya berdiam-diam saja, namun entah bagaimana awalnya Jiayi yang cerewet setiap pagi menceritakan berbagai hal kecil yang terjadi di rumahnya mulai dari hewan peliharaan hingga kartun yang ditonton oleh Jiayi. Mulanya Jingteng acuh tak acuh setiap kali diperingatkan Jiayi untuk belajar namun titik balik Jingteng bermetamorfosis dimulai ketika Guru Lai menjelaskan bahwa 15 siswa dari kelas mereka dengan peringkat terbawah akan dipindahkan ke kelas C karena adanya sustu peraturan baru. Sepertinya saat itu pula Jingteng mulai sadar bahwa dia menyukai Jiayi seperti yang dikatakannya
"Aku bengong menatap Shen Jiayi. Tiba-tiba, sesuatu yang sangat rumit mengusik hatiku. Aku yang penuh percaya diriserta selalu tertawa dan bercanda, seharusnya menolak hal ini. Namun aku tahu, aku tidak bisa menolak kebaikan hati Shen Jiayi. Disebut bodoh pun aku tak peduli karena aku tidak bisa menghindari perhatiannya yang tulus." page 42.
 Bukan hanya Ke Jingteng satu-satunya murid yang menyukai Shen Jiayi namun teman-teman baik Jingteng lebih dulu menyukai Jiayi seperti A He, Liao Yinghong serta beberapa lainnya. Mereka kecuali Jingteng berusaha mendekati Jiayi dengan berbagai cara, tidak begitu dengan Jingteng yang tahu bahwa Jiayi tidak suka dengan tipikal pria-pria yang begitu terobsesi untuk mengejarnya dia berkata masih ingin berfokus belajar dan sekolah.

Awalnya saya kira orang yang Jingteng sukai selama periode 8 tahun hanya Jiayi seorang namun buku ini menceritakan kebenarannya yaitu ada seorang lagi bernama Li Xiaohua. Hal yang awalnya tidak diduga Jingteng karena dia sudah menjadi murid baik Guru Lai memutuskan memindahkan Jingteng ke belakang Li Xiaohua. Semenjak itu hubungan mereka -Jingteng dan Jiayi- tidak terlalu dekat. Jiayi lebih dekat dengan A He dan Jingteng dengan Li Xiaohua. Seperti Xiaohua memang ada perasaan pada Jingteng namun yak begitulah Jingteng dia tidak berani mengatakan apaun hanya bisa mengambil tangkai-tangkai bunga liar untuk diletakkan di meja Xiaohua. Ada kalimat yang benar-benar menyentuh saat Jingteng menceritakan dirinya kketika bersama Xiaohua.
"Pulang bersama, entah kenapa di kehidupan mana pun, kedua kata ini memiliki arti yang romantis. Bersama mewakili hal yang tidak bisa dilakukan sendiri, pulang berarti kembali ke kehangatan. Orang yang pertama kali pulang bersamamu, tidak akan kau lupakan seumur hidup."
Perjalanan Jingteng dengan Xiaohua berhenti seiring lulusnya mereka dari SMP, mereka lebih memilih jalan masing-masing meskipun pada kenyataannya Xiaohua yang meminta Jingteng menjauh dari kehidupannya, apalagi setelah teman-teman perempuan Xiaohua merasa Jingteng membuat mereka jauh dari gadis itu. Usaha Jingteng untuk mendekati kembali Xiaohua di awal masa SMA mereka pun sia-sia karena sang gadis tetap pada pendiriannya.

SMA, kedekatan Jingteng dan Jiayi mulai terjalin kembali. Mereka tidak sekelas faktanya karena Jingteng memilih masuk jurusan IPA dan Jiayi memilih kelas IPS. Hal tersebut tidak menghalangi jalan mereka untuk kembali mendekat. Jiayi yang memiliki kebiasaan tinggal di sekolah hingga malam untuk belajar secara tidak sengaja diketahui oleh Jingteng hingga Jingteg pun memutuskan untuk ikut belajar di sekolah tapi berada di kelas yang berbeda. Di SMA pula awal mereka mulai bersaing untuk melihat siapa yang memiliki nilai lebih tinggi pada mata pelajaran yang sama pada dua jurusan itu. Jingteng sih sebenarnya bagi dia kalah atau menang sama saja baginya yang penting bisa lebih sering bertemu dan dekat dengan Jiayi. Selama masa SMA pula berbagai hal Jingteng lakukan dalam upayanya mendekati Shen Jiayi. Termasuk ikut menjadi panitia acara-acara yang sebenarnya tidak terlalu menarik bagi dia, Jigteng yang awalnya tidak pandai menyani dan cuku parah dalam pelajaran seni mulai menulis lagu dan menciptakan nada. Hingga tercipta suatu lagu yang rencannanya akan dia pakai untuk mengungkapkan perasaan dia yang sebenarnya pada Jiayi setelah mereka lulus SMA.Cara yang Jingteng pakai memang terbukti ampuh Jiayi dan dia lebih dekat namun tetap saja hubungan mereka tidak jelas disebut apa.

Impian Jingteng adalah kuliah di kampus yang sama dengan Jiayi yang akhirnya puus karena Jiayi tidak diterima di kampus tersebut. Jingteng yang pantang menyerah terus mendekati Jiayi. Hubungan mereka makin sulit dideskripsikan. Ketika salah satu teman Jiayi yang jadi informan Jingteng mengabarkan kampusnya mengadakan festival perayaan ulang tahun kampus dan meminta Jingteng datang bersama Jiayi tentu saja Jingteng senang bukan kepalang. Segala hal berjalan baik sampai akhirnya suatu hal penting terjadi. Jingteng yang saat itu sudah mulai dianggi dengan sebutan Giddens mengadakan pertandingan adu jotos. Adu jotos lhoo seriusan. Dia mrasa orang-orang di kampusnya begitu membosankan karena meski hampir semua laki-laki mereka adalah jenis lelaki kutu buku. Jiayi yang mendengar hal itu langsung dari Jingteng ketika mereka bertelepon marah besar dan Jingteng tidak mau menerima kenapa pula Jiayi mesti marah padahal dalam pandangan dia itu hal keren. Kejadian itu yang membuat Jingteng memutuskan sesuatu yang sangat berat bagi hidupnya yaitu berhenti mengejar Jiayi. Keputusan yang sangat berat.

Segala kekuatan yang dia miliki telah dia pakai untuk mengejar Jiayi namun hidup herus tetap berlanjut. Maka Jingteng muai menata kembali hatinya hingga dia jadian dengan seorang gadis. Hubungan mereka bertahan hingga 8 tahun (tidak diceritakan jelas di buku ini) sebelum akhirnya mereka putus.

Titik balik dan kejujuran terungkap sesaat  setelah peristiwa gempa malam itu. Jingteng panik berusaha menghubungi orang-orang terdekatnya salah satunya Jiayi. Malam itu mereka kembali mengenang tahun-tahun itu tahun-tahun ketika sebelum kejadian adu jotos itu terjadi. Pada akhirnya memang semua terungkap mereka memilik perasaan yang sama. Jingteng yang tak pernah bertanya pada Jiayi apa jawaban dari perasaannya malam itu memberanikan diri walau ya apapun jawabannya mereka sudah memiliki kehidupan masing-masing. Menyesakkan memang Jiayi ternyata juga menyukai Jingteng tapi tanpa benang merah dari dewa jodoh kata Jingteng memperjuangkan cinta itu sulit.
"Tanpa benang merah dari dewa jodoh, memperjuangkan cinta rasanya sangat sulit dan perlu melalui banyak kejadian. Aku berharap dengan tulus, "Mungkin di dunia pararel yang lain, kita bisa bersama." "...Aku sangat iri dengan mereka."ujarnya setuju"
Akhir cerita seperti yang pernah ada di fimnya memang mereka tidak bersatu karena garis jodoh mereka tidak namun cerita ini meninggalkan kesan pada hati Jingteng alias Giddens. Dia yang begitu berharga, cause You Are The Apple of My Eye.

Memang banyak perbedaan yang saya dapat dari film karena film sendari diangkat dari buku ini. Pertanyaan-pertanyaan yang waktu itu memenuhi benak saya terjawab.
Sedikit review saja untuk buku ini.
Ketika membaca buku ini saya merasa kembali pada masa-masa SMP dan SMA yang bebas, masih usil, jahil dan banyak hal lain dari masa-masa ini yang tidak terlupakan. Banyak dari kita pertama kali merasakan cinta pada akhir masa SMP atau pada saat SMA. Masa itu ketika kita masih polos, perasan itu terasa indah juga berkesan seperti yang dirasakan Jingteng. Membaca buku ini membuat saya teringat pada seseorang yang dulu pernah saya sukai di masa-masa itu. Tanpa benang merah yang menghubungkan tali jodoh memang sulit untuk bersatu. Tapi, gak nyesal baca buku ini benar-benar keren sama dengan filmnya.
Saya baru mendapat buku ini dua minggu yang lalu saat iseng cari di internet ternyata versi bahasa Indoneisa ini masih baru,Februari 2014. Saya beli dengan harga Rp 63.000,00.

LEER MÁS...

Friendship (Ketika Boy Friend/Girl Friend Menjadi Boyfriend/Girlfriend)

| 0 komentar |

Haiii.. hai.. haiii. hai
Setelah sekian lama blog ini tidak ditengok akhirnya malam ini bisa berkunjung lagi.
soo malam ini kita akan berbicara tentang? Tema yang udah gak asing lagi di telinga kalian tema yang sudah sering dibicarakan dari zaman prasejarah, zaman alay sampai saat ini. Sebenarnya sudah lama aku pengen mengangkat tema ini ini jadi tulisan, nah kebetulan sekarang ada waktu onggar yang cukup di malam hari dan minggu-minggu ini semapt diskusi, cerita-cerita sama beberapa teman dan sahabat tentang hal ini. Jadi cerita kita malam ini adalah tentang "When Boy Friend/Girl Friend Become Boyfriend/Girlfriend" kalau bahasa manusianya sih bagaimana jadinya ketika sahabatmu jadi pacar atau gebetanmu? biar lebih greget bisa sambil dengerin lagu Zigaz - Sahabat Jadi Cinta .

(Gambar ini aku dapat setelah searching di mbah google, sepasang anak kecil di tepi pantai soo thanks yang udah upload foto ini di mbah google)

Di sini yang bakal aku bagi bukan cuma proses bagaimana sahabat bisa berubah jadi pacar atau bahkan mantan pacar? Tapi juga tentang punya sederetan sahabat yang beda jenis sama kita (maksduku beda jenis kelamin yaaaa). Bagaimana rasanya ketika terkena perasaan yang boleh gak boleh itu, juga berbagai hal lainnya. Termasuk ketika masalah menimpamu dan sahabatmu hingga kamu merasa berada di titik paling nano-nano dalam hidupmu. Ini adalah sudut pandangku so wajar jika ada yang berbeda dengan sudut pandang kalian. Walau aku sedikit bingung memulai dari mana but let me to tell you.

Jadi dalam hidup ini gak ada sesuatu yang terjadi secara intan, semua hal butuh proses. Mau pinter aja butuh proses. Buat jadi manusia dewasa aja butuh proses yang mesti kamu lalui yaa walau kamu mungkin kadang mikir kok udah segede ini lagi ya? Perasaan baru kemarin aku minum susu pake dot haha. Termasuk yang namnya menjalin suatu hubungan. Yang aku maksud di sini bukan cuma pacaran atau pasangan hidup ya melainkan hubungan persahaban. Cerita awal persahabatan seseorang bisa berbeda-beda, kadang bahkan tiba-tiba menyadari sudah dekat, sudah sering nongkrong bareng, bercanda gak ngerti awal mulanya.

Contoh konkretnya sih kayak cerita persahabatan aku sama beberapa cowok kece yang udah aku anggap kayak kakak sendiri. Awal mula aku hanya dekat dan bersahabat dengan salah satu dari mereka sejak SMP, lalu yang satu lagi merupakan ya bisa dibilang pesaingku juga pas SMP. Ketika SMA kami bersekolah di tempat yang berbeda lalu aku sering bertemu dengan sahabatku yang dari SMP itu bersama beberapa kawan barunya, hingga tanpa sadar kami beberapa kali main di rumah orangtuaku, pulang sekolah bareng, chatting, saling kirim pesan bahkan curhat. Apalagi notabene aku yang merupakan anak tunggal berdoa pada Alloh untuk memberiku kakak bukan adik (Ya walau aku tahu jika lahir seorang anak lagi dari lahir ibumu dia otomatis jadi adikmu bukan kakakmu) entahlah awalnya aku juga gak sadar sampai suatu hari ketika tiba di akhir masa SMA hari itu aku pulang sekolah bareng cowok-cowok itu mereka sengaja ngajak aku pulang bareng dan aku ngerasa tetiba gak sendirian lagi di dunia ini berasa punya kakak. Sampai saat ini pun walau terpisah-pisah alhamdullilah hati kami gak kepotong-potong.

Sebenarnya jatuh cinta atau punya perasaan lebih pada sahabat itu salah enggak sih? Kalau sudah terlanjur bagaimana, kalau sahabatmu mulai kasih kode mesti bagaimana?
Gak ada yang salah kok dengan perasaanmu itu, apalagi hal itu kadang gak kamu sadari tiba-tiba ketika kamu menyadarinya saat perasaan itu sudah tumbuh subur dan ditambah pula kamu sering menyiramnya jadi tambah subur deh perasaan itu tumbuh di hatimu. Kalau kamu seorang perempuan dan ada sahabatmu yang cowok (pastinya) memberi kode aku punya beberapa tips nih ya tiap tips ini punya resiko masing masing juga.
  1. Kalau kode yang dia berikan masih taraf sedang, dan kamu belum tahu apakah kamu punya perasaan lebih atau nggak jalani saja dulu beberapa saat jangan terburu-buru ambil kesimpulan.
  2. Kalau dia sudah kasih kode keras entah itu lewat ucapan atau perbuatan tapi kamu belum yakin dengan perasaan mu kamu bisa pura-pura gak peka pura-pura gak ngerti ya walaupun menghindar itu gak baik, yang namanya persoalan mesti dihadapi namun ini jaan yang aman kalau kamu belum tahu isi hatimu Sambil pura-pura gak negrti ya kamu cari tahu apa latar belakang sahabatmu memberi perhatian yang dianggap gak biasa menurut parametermu untuk diberikan antara sahabat. Sambil cari tahu juga bagaimana perasaanmu terhadap sahabatmu yang itu.
  3. Kalau dia kasih kode dan  kamu memilih paham serta menanggapi kode ini. berarti kamu memutuskan melangkah lebih jauh, berarti kamu sudah paham apa kelebihannya jika dia           -sahabatmu- jadi pacarmu, apa rieikonya kau hubungan kalian berakhir alias putus dan imbas pada persahabatan kalian.
  4. Kalau kamu paham kodenya namun kamu tidak menginginkan ada Boy Friend/Girl Friend Menjadi Boyfriend/Girlfriend di antara kalian. Tergantung kalau dia mengkode saja kamu bisa mengarahkannya menjadi candaan sambil bantu cari sahabatmu itu cari pasangan maybe, atau kalu dia - sahabat cowokmu- punya keberanian lebih buat bicara dan dari awal kamu sudah berniat tidak menjawab IYA, hati-hati juga imbasnya. Ibarat kata suka atau disukai sahabat itu ditolak atau diterima menolak atau menerima ada resikonya. Ketika kamu sudah nolak usahakan jangan menghindar atau berbeda lebih menjauh walu beberapa saat itu wajar.
Nah buat yang cowok-cowok nih juga gak beda jauh sama tips-tips di atas. Ketika kamu menyukai sahabat cewekmu sebeum kamu kasih kode pastikan dia lajang broo, setelah itu cari tahu apakah ada cowok yang sedang mendekatinya atau yang sedang disukainya cari tahu apa yang dia sukai (berhubung kalian sahabat biasanya ini akan lebih mudah buat cari info), gak usah grasak-grusuk pastikan kamu memang benar-benar menyukainya sebagai seorang perempuan. Kamu juga mesti belajar menerima ketika dia hanya menganggapmu sahabat bukan antara laki-laki dan perempuan.

Yang ribet dalam hal ini bukan ketika jatuh cinta tapi ketika putus yang aku lihat sih demikian. Gak semua orang setelah putus hubuungannya baik-baik saja. Itu yang aku rasakan sendiri. Meskipun aku bersyukur mantan-mantanku bukan salah satu dari sahabatku.Pada awalnya ketika masih bersahabat terbuka saling cerita saling menghibur bercanda pun gak tanggung-tanggung gak canggung-canggung setelah putus mau nyapa pun rasanya bibir kelu melihat si dia dengan orang ain apapun status mereka apalagi ketika awal putus sakit rasanya (terutama yang masih cinta ketika putus), tambah lagi kalau putusnya gak secara baik-baik entah karena bertengkar, masih ada unek-unek yang nyangkut di tenggorokan dan belum tersampaikan, masih cinta tapi yang satu udah gak ada perasaan, satu pihak merasa satu lain gak perhatian lagi. Aku akui memang sulit. Walau alhamdulillah belum pernah dan berharap tidak mengalami nya. Tapi beberapa kasus yang pernah saya tahu rata-rata demikian. Ada yang sebentar atau jangka lama. Berada dalam tahap canggung atau sebal melihat orang yang jadi sahabat dan sekarang statusnya jadi MANTAN PACAR tersebut.
  1. Kalau dia yang duluan memutuskan hubungan kalian biarkan dia tenang buat beberapa waktu, biarkan orang yang pernah kau anggap sahabat cewek/cowok itu menstabilkan pikirannya. Tapi kalau kamu yang duluan memutuskan hubungan itu pikirin cara yang tepat, pikirin damapknya sama persahabatan kalian. Kalau kamu masih dalam emosi mending simpan bentar kata PUTUS nya daripada perang dunia ke 7 pecah. 
  2. Bukan hal aneh ketika sudah putus segala kejelekan mantanmu itu terlihat dan segala kebaikannya seolah tertimbun jauh di bawah tanah sejauh ribuan kilometer. Nah, aku saranin sejelek apapun dia simpan kejelekannya apalagi kalau sebelum jadi mantan dia adalah sahabatmu. Bagaimanapun walau ada mantan pacar aku belum pernah menemukan ada mantan sahabat. Sahabat itu sudah seperti saudara dan menutupi kekurangan saudara mu lebih baik walau gak mudah.
  3. Keluarkan unek-unekmu pada orang yang tepat yang bisa menjadi pendengar yang baik. Tell what you feel right now.
  4. Ketika keadaan sudah mulai membaik emosi di antara kalian sudah tidak segede api unggun yang menyala lagi, cobalah mulai saling berkomunikasi, menyapa atau menelpon berbicara secara BAIk-BAIK. Memendam amarah gak bakal bikin selesai masalah.
  5. Maafkan dia. Kalaupun pada akhirnya kamu merasa dia sudah tidak seperti dulu, dia tidak memahamimu lagi, dia tidak seperti saat kalian masih bersahabat, kalian canggung untuk saling berbagi lagi. Ingat dunia ini gak statis broo sist, perubahan itu ada. Mungkin itu perubahan yang kalian alami.
  6. Hal terparah dan paing tidak aku harapkan adalah para pelaku menjadi bermusuhan atau condong ke arah itu. Teori memang gampang tapi praktek gak selalu mudah. Ketika kamu sudah memaafkan, berbicara baik-baik, mecoba menjalin komunikasi sebagai sahabat kembali namun responnya masih kurang baik. Biarkan saja jangan terlalu ngotot. Ingatlah filosofi genggaman beras, ketika kamu genggam terlau kuat berat itu akan berceceran dari tanganmu namun ketika beras itu ada dalam posisi yang benar dalam tanganmu walau ada yang tercecer hanya sedikit, begitupun hal ini jika kamu terlalu ngotot pada sahabtmu itu boleh jadi dia maah menjauh bukan mendekat broo sist
Soo, setelah membaca sejauh ini pasti kalian bertanya tanya kok kamu so tahu banget sih Tis? Memang kamu pernah mengalami hal ini? (Pengen lebih menghayati sambil dengerin lagu ini Those Bygone Years itu Ost You Are The Apple of My Eyes. Buat yang udah nonton pasti ngerti bagaimana rasanya buat yang belum lain kali aku review Insya Alloh)
Oke aku berani nulis hal ini karena aku pernah punya perasaan lebih pada salah satu sahabatku, namun alhamdulilah gak sampai jadi mantan keburu bisa mengendalikan perasaan. Soo let me tell those years those stories about me and him. Aku gak bisa bilang siapa namanya, Aku pernah menyukai dia ketika aku kelas VIII SMP sampai aku lulus SMA pun masih ada rasa yang tertinggal. Memang kadang aku berpikir untuk bertindak lebih berani. Kadang aku kangen saat-saat kami masih jadi remaja tanggung ketika kami sering menghabiskan waktu berdua bersama-sama walau sekedar membaca buku di tangga dekat kelas. Mendengarkan dia bernyanyi menggunakan gitar. Sebelumnya aku gak pernah berani menceritakan apapun tentang hal ini pada hal intinya, hanya orang-orang tertentu yang mengetahuinya, namun kini biarlah kalian membacanya sebagai bahan renungan buat kalian bahwa jatuh cinta ,menyukai dan rasa sayang itu sulit buat milih gak seperti kamu milih jurnal yang valid. Bahwa ada perasaan yang kamu rasakan tapi kamu sadar sulit untuk bisa bersamanya karena berbagai hal. Back to story guys, singkatnya banyak banget cerita yang terjadi saat kami masih berada pada kelas dan sekolah yang sama selama masa putih biru. Pada akhir masa putih biru aku pikir perasaanku sudah hilang karena awal masa putih abu aku semapat menjalin hubungan dengan orang lain dan sempat juga menyukai orang lain selama di putih abu. Namun ketika aku menginjak kelas XII aku sadar aku masih menyukai dia, aku sadar masih ada cemburu melihat dia disukai sama perempuan-perempuan lain, dan lain sisi aku juga membenci kenyataan bahwa kami melanjutkan pendidikan di kota yang berbeda. Di sisi lain aku juga bahagia saat-saat itu tahun itu kami menjadi lebih dekat kembali. Pulang sekolah bareng, aku ingat kami pernah pulang sekolah berdua hari Jumat ketika aku selesai kumpulan jurnalistik dan kami tidak janjian. Saat kami mengunjungi ekspo perguruan tinggi bersama sahabat-sahabat kami. Saat kami berkumpul di rumah orangtuaku. Saat yang aku harapkan kadang tidak berakhir waktu itu, tapi waktu memang terus bergulirkan? Aku ingat waktu dia berangkat ke ibu kota Jawa Barat aku mendapat pesan singkat dan saat itu aku berpikir aku merasa kehilangan sesuatu hal.
Sering aku berpikir aku iri pada aku dan dia ketika kami masih berada pada bangku SMP ketika menyayangi seseorang itu masih simpel, ketika jalan pikiran belum serumit itu, ketika mengartikan perasaan masih sederhana, ketika cemburu masih dianggap orang lain sebagai anak kecil yang sedang kena cinta monyet, ketika aku bisa bersamanya sesuka hati melakukan berbagai hal. Biarkan aku sedikit membuka lembaran itu untuk aku baca malam ini. Pernah aku bertanya dalam hati apakah dia juga memilik perasaan yang sama sepertiku? Pernah memendam perasaan tahun-tahun itu? Ya seperti itulah dilema yag pernah ku haddapi satu hal yang aku syukuri aku masih bersahabat dengannya dan aku bisa mengendalikan perasaanku. Mungkin lagu ini bisa menggambarkan sebagian perasaanku yap Those Bygone Years girl version.

Pada intinya perasaan antara sahabat adalah hal wajar tergantung kamu mau menjadikan peluang perasaan itu medekati satu atau mendekati nol. Satu hal tolong diingat mantan pacar itu ada tapi MANTAN SAHABAT TIDAK ADA. Yap segitu dulu cerita untuk malam ini yak.
Jika masih ada yang terasa kurang mohon maaf hehe, aku menulis sesuai apa yang terlintas dalam benakku. Ingat broo sist ketika kalian sudah memiliki orang-orang yang mendapat tempat terssendiri di hati kalian orang-orang yang kalian sebut sahabat apalagi jika sudah kalian anggap kakak atau adik jaga mereka jaga dalam artian holistik.

LEER MÁS...

Lagu Sebuah Cerita

| 0 komentar |



Setiap tempat memiliki cerita pada setiap sudut yang telah terlalui. Meski pun itu hanyalah seonggok bangunan namun cerita yang tersimpan di dalamnya entah sudah berapa mungkin tak terhitung. Tiap orang yang datang dan pergi atau sekedar melewatinya membawa cerita mereka masing-masing yang berbeda. Entah itu cerita bahagia mupun kisah pilu yang menyertainya.
Jika sebuah kenangan hanya tersimpan di seonggok tempat mungkin begitu mudah untuk menghapusnya. Bila sepotong kenangan hanya tersimpan dalam selembar foto yang mengingatkan pada cerita indah yang sudah bahagia, mudah saja tinggal merobek foto itu, begitu pula jika selembar kertas masih tersimpan kenangan di dalamnya bakar saja selesai masalah kan? Namun bagaimana bila kenangan yang mungkin ingin aku atau orang lain di luar sana disebut kenangan indah yang brengsek nyatanya bukan hanya seonggok bangunan atau selembar foto? Ya ada hal lain yang terlupakan bila kenangan tersebut ada dalam sebait nada lagu, nyanyian indah yang senang kau dengarkan, sayang kini bahkan sebelum intro selesai pun kau sudah keburu muak mendengar lagu itu. Walau orang yang membuatmu muak dengan lagu itu bukan mantan pacarmu
*******
‘Aih kenapa mesti lagu itu lagi sih? Mana yang muter kak Rangga lagi. Protes nggak ya, mau minta ganti lagu dia tahunya aku suka lagu itu.’ Aku hanya bisa mengumpat dalam hati. Sebenarnya bukan lagu itu yang bersalah. Lagu itu tidak salah apa-apa. Bahkan orang yang penyanyi asli lagu ini pun tak pernah bertemu denganku.
Iya dulu aku suka lagu ini, hampir setiap hari lagu ini yang kuputar sampai-sampai sahabatku berkata apa tidak ada lagu lain yang aku tahu. Sebenarnya aku memiliki banyak lagu entah itu di HP atau gadget lain namun lagu ini terasa begitu spesial. Lagu yang pernah dinyanyikan oleh laki-laki yang pernah mengisi hari-hariku. Saat aku menjadi mahasiswa baru di kampusku. Ah sampai sekarang pun jika kau menyuruhku menceritakan tentang dia, aku masih bisa mengingatnya. Kecuali, pada bagian akhir cerita yang sudah kulempar jauh ke tengah samudra.
Flashback 2 tahun yang lalu
“Oke setelah acara pembukaan, mari kita nikmati malam yang indah di bawah sinar rembulan dan cahaya bintang ini diiringi petikan gitar dan suara merdu kak Dimas.” Seorang panitia yang menjadi pembawa acara pada malam keakraban ini menyebutkan suatu nama. Dimas? Siapa dia? Aku pun tak tahu karena aku tidak hapal nama satu persatu panitia kegiatan silaturahmi mahasiswa baru ini. Tiba-tiba keluar dari seseorang dari tenda panitia keamanan yang membuatku menegang seketika.
Ternyata dia orang yang pernah menghukumku jalan kodok di hadapan teman-teman ketika aku lupa tidak memakai atribut. Aku lihat kakak-kakak panitia yang perempuan mulai histeris melihat kak Dimas padahal tak ada yang istimewa dari dia. Memang tampan sayangnya galak jutek lagi. Wait, dia menyanyikan lagu favoritku suaranya memang bagus.
End flashback.
Gak ada satu hal istimewapun, sampai suatu hari aku hendak meminjam literatur di perpustakaan dan aku baru sadar kartu anggota milikku tak ada di dompet. Padahal aku benar-benar memerlukan buku itu untuk bahan laporan praktikumku. Saat aku sedang memelas pada bapak penjaga perpusatakaan yang sayangnya tak peduli dengan wajah memelasku ada orang di belakangku yang berkata “Pak ini, dia pakai kartu punya saya. Kami perlu buku itu untuk bahan diskusi.” Saat aku melirik ternyata itu kak Dimas. Awalnya aku ingin membantah sayang buku itu keburu diambil kak Dimas.
Sejak itulah awal kedekatan kami. Pernah kutanya kenapa saat itu dia ada di perpustakaan dan mengapa dia mau meminjamkan kartu anggotanya? Dia bilang sebagai permintaan maaf gara-gara menyuruhku jalan kodok dan membuatku menahan malu di hadapan teman-teman. Aku juga tidak mengerti awal ceritanya semua mengalir begitu saja hingga kami sering menghabiskan waktu bersama. Makan siang di kantin, atau sekedar mencari bahan diskusi di perpustakaan. Kedekatan yang tak jarang disalahartikan orang lain. Apalagi menurut kabar yang ku dengar waktu itu kak Dimas kabarnya disukai oleh teman teman senagkatannya yang notabene seniorku. Yaa kami memang dekat. Dia bahkan sering mengunjungi kosku meski aku sudah sering pula melarangnya. Bukan kenapa aku tidak enak dilihat teman-teman kosku yang sebagian seangkatan dan kenal dengan kak Dimas. Namun bukan kak Dimas namanya kalau nurut. Dia bahkan pernah bertemu keluargaku. Ya dia memang sosok yang pantas disukai banyak orang.
Banyak hal yang kuketahu tentangnya bahkan kehidupan pribadinya tapi ada satu hal yang tak kuketahui yaitu siapa perempuan yang dia cintai. Setiap aku bertanya pasti dia selalu menjawab “Aku belum tahu Lika santai sajalah hidup tak sependek pikiranmu. Lagian kenapa kamu tanya gitu? Cemburu? Takut aku lupa sama kamu ya? Nyantai aku gak bakal kok lupa sama kamu, malah aku khawatir kamu duluan yang akan melupakanku setelah kamu punya pacar. Sana deketin gebetanmu biar gak jadi cewek yang kesepian haha.” Selalu begitu akhirnya aku yang diejek samapai aku malas bertanya.
Nyatanya dia duluan yang punya pacar. Dia pula yang lebih dulu melupakanku. Aku masih ingat saat itu libur 2 minggu, ya waktu yang cepat untuk mengubahnya. Awalnya aku tak paham dia tiba-tiba menghindar dariku. Aku salah apa ya? Itu hal yang pertama aku pikirkan. Tapi semua pemikiran itu sirna, saat aku secara tak sengaja melihatnya menggandeng tangan seorang perempuan yang aku tahu teman seangkatannya. Aku tahu dia sejak dulu menyukai kak Dimas. Bahkan saat ku coba menghubungi kak Dimas malah dibalas “maaf ini siapa ya?” aku kaget kak-Dimas-menghapus-nomorku?. Ternyata Hpnya sedang dipegang pacarnya mereka lagi jalan rupanya. Sejak saat itu hingga detik ini kami tidak pernah saling kontak.
Kami dekat tapi kami bukan sepasang kekasih ataupun pasangan pendekatan maupun tanpa status atau teman tapi mesra. Aku hanya menganggapnya kakak yang tak pernah aku miliki begitupun dia sepertinya. Tak ada getaran saat di dekatnya aku sayang dia sebagai kakak. Sepertinya ada yang menyalahartikan hal itu.
“Lika, ayo kita sudah sampai.” Suara kak Rangga mengagetkanku. Ah, rupanya kami sudah sampai di depan taman ini. Sudah lama kak Rangga mengajakku untuk mengunjungi taman ini di sore hari. Tiba-Tiba terdengar langkah kaki menghampiri kami berdua.
“Lika, sedang apa? Syukurlah aku bisa bertemu lagi denganmu.Kamu sama siapa Lika?Inikan kak Rangga kamu bareng dia?” Melihat sosok di depanku ingatan dua tahun lalu itu kembali mengantam ingatanku.
“Oh kakak masih peduli ya padaku, setelah dua tahun menghilang tanpa kabar membuatku seolah jadi kambing hitam antara hubungan kakak sama cewek yang entah siapa. Tahu kan kak aku sayang sama kamu kayak ke saudara kandungku sendiri? Apa maksudmu? Iya kak Rangga sekarang pacarku. Ingat kak aku gak kayak kakak yang udah punya pacar lupa sama teman sendiri lupa sama sahabat sendiri. Aku bukan pengecut seperti itu. Ayo kita pergi kak.” Tanpa sengaja kutarik tangan kak Rangga. Tapi kak Rangga menahanku.
“Lika, ingat di awal kebersamaan kita kamu pernah cerita bahwa pernah ada seseorang yang kamu sayangi seperti kakak kandungmu. Aku tahu samapi saat ini kamu sayang sama dia sama seperti kamu sayang ke sahabat-sahabatmu yang lain. Egois gak baik lho,mending kamu selesaikan. Everything happens for a reason. Beri Dimas waktu untuk menjelaskan.” Jika saja bukan kak Rangga yang berkata mungkin aku sudah lari.
“Lika, aku tahu sikapku 2 tahun lalu itu benar-benar salah. Menjauhimu. Waktu itu dia yang jadi pacarku memintaku menjauhimu di dunia nyata atau dunia maya. Aku sudah terlanjur mencintainya. Ya samapi saat inipun aku masih bersama dia. Aku baru sadar ketika teman-teman kita yang lain mengetahui kerenggangan kita dan mereka seperti menyalahkanku. Awalnya aku tak terima. Tapi setelah beberapa lama aku sadar aku yang salah, menjauhimu padahal kamu tidak salah apapun dalam hal ini.” Ujarnya.
“Terus apa sekarang yang kakak mau? Sana pergi sama pacar tersayangmu itu.” Siapa yang tak kesal, orng yang kamu anggap kakak atau sahabat tiba-tiba pergi dan lalu muncul minta maaf dengan polosnya. Walaupun aku dalam lubuk hati masih ingin menganggapnya sahabat atau kakak tapi ego masih menyelimuti pikiranku saat ini. Tanpa sadar ku tatap kak Rangga menatapnya memberi isyarat akau harus apa sekarang?
“Maafkanlah, bermaafanlah kalian saling tidak bertegur sapa itu gak baik. Lagian sikap Dimas yang sudah berani minta maaf ya walau telat sih kelamaan kamu Dim nunggu dua tahun dulu.” Saat seperti ini kak Rangga masih bisa terkekeh.
“Apa kamu masih mau jadi sahabatku jadi adikku lagi Lika? Aku janji gak bakal kayak dulu lagi yaa kamu bisa pegang ucapanku. Aku sadar walau punya pacar bukan berarti kita ninggalin teman-teman kita bukan begitu kak Rangga?”
Kenapa mesti bawa-bawa kak Rangga, yaa aku memang masih menganggap dia teman walau beberapa yang lain pernah berkata untuk apa punya teman atau sahabat seperti dia. Kubalas ucapan kak Dimas dengan seulas senyum. Mungkin ini saatnya memaafkan apa yang telah terjadi pada saat yang lalu.


LEER MÁS...
 

Menggapai Mimpi Copyright © 2012 Design by Antonia Sundrani Vinte e poucos