Sabtu, 21 September 2013

PERUBAHAN

Diposting oleh Icha Tisa di 08.09
Haiii lagi rajin posting nih. Sebenarnya ini bukan cerita baru melainkan repost tulisan saya yang dimuat di kompasiana.com . Siapa tahu ada yang belum baca,monggo dibaca yuk daripada malam minggu menggalau tak jelas.



Setiap hal di dunia ini pasti akan mengalami perubahan. Tak ada yang statis, hal-hal yang ad di dunia ini akan mengalami kedinamisan. Tak ada yang sekedar diam. Perubahan itu ada. Walau terkadang kita mengingkarinya, bukan? Bukan mengingkarinya hanya saja pikiran kita berkata mengapa ini terjadi begitu cepat? Aku kira bukan sekarang mungkin esok atau lusa sepertinya akan lebih baik. Sebagian orang berpikir perubahan itu berjalan ke arah yang lebih baik dan menyenangkan namun dibagian lain ada yang merenungi perubahan dan dampaknya. Berusaha mengatakan tak akan ada yang berubahan meski terjadi perubahan dan semua  akan baik-baik sja ucap mulut mereka. Namun hatinya tetap berkata hal itu telah berubah dan berbeda dari dulu.
Ada yang berani berubah dan menginginkan perubahan. Sayangnya perubahan yang mereka lakukan tak konsisten. Ada pula yang takut untuk berubah. Sekali lagi bukan takut, namun khawatir perubahan itu menghilangkan sisi-sisi kehidupannya dan membawa serta kebahagiaan yang ada bersamanya. Siapakah yang sebenarnya salah? Aku, perubahan, keadaan, kau, mereka, atau bahkan tak ada satupun yang salah.
*******
Duduk merenungi apa yang telah terjadi selama ini. Cuma terdiam, bengong dan memandang kelap kelip lampu jalan raya di depan kamar kos. Apa sikapku selama ini padanya terlalu berlebihan, overprotektif kata teman-temanku. Ataukah kabar burung tentang perasaan lebih itu telah disampaikan angin padanya? Hingga dia enggan dekat denganku lagi. Mungkin dia merasa terkhianati karena kabar burung itu, terkhianati oleh seseorang yang selama ini sering berada disampingnya dan katanya berusaha mengubah perasaan yang telah terjalin menjadi tali kasih antara dua insan. Namun, mengapa dia mempercayai semua hal begitu saja? Jika dia memang mendapat kabar itu. Tapi di sisi lain, mungkinkah dia setega itu hingga terasa suatu perubahan? Perubahan yang dirasakan olehku tapi seperti tak ada yang beda menurutnya. Apa sosok lain lebih berarti bagi dia kini telah ada, maksudku telah ditemukan. Sosok perempuan manis, cantik, gemulai, lemah lembut dan tak pernah bicara panjang lebar. Ah, aku memang bukan siapa-siapa bagi dia. 
Apa aku harus menjauh dari kehidupannya seolah kita tak pernah berkenalan? Awalnya kita kan memang tak saling mengenal. Namun dia terlanjur menjadi bagian hidupku. Orang yang menciptakan sebagian tawa dan lelucon dalam hidupku, sosok yang menyediakan mata dan telinga untuk sekedar mendengar ocehan gadis ingusan sepertiku. Manusia yang tetap tertawa meski berkali-kali aku omeli seenaknya hanya karena sikapnya yang terlalu santai. Dia memang bukan seorang malaikat dia hanya manusia biasa namun tetap tak biasa di mataku. Menjauh dari hidupnya bukan hal mudah.
Kedekatan, sapaan akrab yang khusus sepertinya telah disalahartikan oleh beberapa orang. Termasuk oleh seseorang yang juga mengisi hatiku, namun berbeda posisi dengannya. Pernah tatapan  tak suka dia dapat dari seseorang itu, bahkan aku sendiri pernah mendapat sindiran "oh rupanya dia. Memang tampan dan cerdas. Kalau kau mencintainya lebih baik tinggalkan aku dan kembali padanya." Ucapan yang sukses membuat dia tertawa terbahak-bahak saat aku muncul dengan wajah mengkerut dan mata mulai memerah. "Ah sudahlah, kalau dia bilang seperti itu harusnya kau senang. Kalian belum ada status apapun dan ucapan dia tadi tanda dia juga menyukaimu. Bicaralah padanya nanti kutemani." ujarnya. Lalu kudatangi seseorang itu, wajah seseorang itu masih cemberut dan awalnya tak percaya dengan apa yang kukatakan melihat kedekatan dan cara kami saling menyapa. Aku memang menyayanginya namun bukan seperti perasaan padamu seseorang! Terima kasih kau akhirnya mau memahami bahkan bersmaku saat dia 'pergi'.
Minggu-minggu lalu, dua minggu lalu dia menghubungiku. Berbicara seperti biasa layaknya tak ada perubahan, handphonenya ternyata rusak dan aku telah salah paham karena menyangkanya sengaja menghilang. Aku merasa bahagia dia telah kembali, walau entah mengapa aku tetap merasa ada dinding tak tampak di antara kami berdua kini. Dia bilang untuk menemuinya di stasiun. Malam itu kuhabiskan dengan berbagai kemungkinan dan susunan cerita yang akan ku bicarakan padanya setelah sekian lama tak bertemu bukan karena berbeda kota, kesibukan masing-masing mungkin.
Seminggu setelahnya aku melihat dia. Tapi sepertinya lebih baik aku tak menemuinya. Telah ada seorang wanita di sana, bersamanya. Bukan cemburu. Aku tak mau disangka kekasihnya oleh perempuan itu atau orang yang menyukainya. Mereka terlihat begitu bahagia dan perempuan itu menggandeng tangannya. Aku pergi tanpa bertemu dengannya. Memilih ikut bahagia dan menghabiskan sepanjang hari itu dengan seseorang. "Kenapa kau terus bersikap seolah mengindarinya Ren? Aku tak kan marah lagi jika kamu dekat dengannya. Dia kan kakakmu hehe." Ujarnya.  "Terima kasih Do, kau mau memahamiku walau sampai sekarang kita masih tanpa status." sahutku tersenyum sebelum melanjutkan ucapanku.
"Aku takut Do,setelah dia menemukan seorang kekasih dia akan berubah, melupakanku seolah tak mengenalku lagi. Aku juga sadar diri kok, aku adik barunya yang datang setelah kmi tumbuh beranjak dewasa. Aku takut Do, dia mempercayai omongan orang bahwa yang kusukai adalah dia dan aku hanya memanfaatkanmu. Kamu masih ingtkan Do? Saat kita terakhir kali berkumpul bersma, kamu bertanya mengapa aku tak mengapa dia ikut serta? Waktu itu aku melihat dia sedang bersama seorang wanita aku pikir tak mau menganggunya, daripada nanti ajakan kita diacuhkan." ceritaku panjang lebar pada Aldo waktu itu.
"Perubahan itu memang ada dan kau harus meyakininya Ren. Semuanya akan baik-baik saja dan tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Kurangi egomu sedikit saja. Aku tahu kau merindukannya. Meskipun aku kini bebas bersamamu tapi aku juga tahu kau memerlukannya juga sosok kakak bagimu. Aku pernah ngerasain kok, bagaimana sedihnya saat orang yang kuanggap kakak terasa mengacuhkanku. Jangan ingkari hatimu seorang kakak dan adik itu tak perlu bertemu sedari rahim. Ada di antara adik dan kakak yang dipertemukan sesudah dewasa, di antaranya kamu dan dia. Dia kakak yang baik kok aku yakin." Ujar Aldo. Penuturannya barusan membuatku teperangah seakan aku baru sadar keegoisanku yang berharap dia yang datang lebih dulu dan ada saat aku sedih. Kemana aku selama ini, apa di baik-baik saja?
Dua hari setelah pertemuanku dengan Aldo masih tak ada kontak masuk dari dia, kakakku. Hingga satu pesan masuk ke handphoneku dari Aldo. "Ren, Repal sakit. Dia demam tinggi. Kalau dia masih bersatus sebagai kakakmu tengoklah dia bantu aku dan teman-teman menyembuhkannya." Dia sakit dan aku tidak tahu. Betapa cerobohnya aku sekarang. Setelah menyangka Aldo cemburu, lalu membiarkan seorang kakak sakit sendirian tanpa kutengok. Aku pergi ke sana bersama Aldo dan mendapati dia terbaring di tempat tidurnya, tersenyum lemah dan masih sempat mengajakku bergurau. Rasanya aku ingin memeluknya kalau saja aku tidak ingat dia sedang demam.
Perlahan kuhampiri dia di sisi tempat tidurnya, "kemana saja kamu Ren, apa sekarang yang jadi adikku Aldo heh?" tanyanya berhasil mengunci mulutku. Aku tak sanggup berkata keegoisan itu muali luntur meski setengahnya. Hatiku masih kesal karen dia pernah mengacuhkanku dan mengajakkku bertemu saat bersma perempuan lain. "Ah tidak aku kemarin sibuk." Ya sibuk dengan keegoisanku dan kekhawatiran. 
"Sibuk berduaan kali Ren sama Aldo haha." Dia malah menggodaku.
"Apa sih kak Repal, sudah diam nanti gak sembuh-sembuh." Tepat saat itu seorang perempuan masuk dan langsung menghampiri dia perempuan yang waktu itu aku lihat bersama kak Repal. Buru-buru aku beringsut ke arah Aldo dan memintanya mengantarkanku pulang. Aku beralasan pada Kak Repal, bahwa dosen menyuruhku ke kmpus untuk suatu urusan. Tapi aku tahu Aldo mengetahui yang sebenarnya.
"Ren, apa kamu mau hubungan kalian kembali seperti dulu? Rasanya kok aku kangen lihat duo aneh. Yang selalu tertawa. Kamu yang selalu mengomelinya setiap kali dia curi-curi pandang tiap lihat perempuan cantik, dan dia lalu mengejekmu sebagai nona galau."
"Aku juga Do apalagi. Kapan ya kita bisa berkumpul lagi?"
*******
Hari sudah semakin sore, namun aku masih di kampus. Menyelesaikan tugas di perpustakaan. Malas membawa daftar tugas yang bertambah untuk dibawa pulang. Lagian matahari masih bersisa sinarnya. Tinggal membuat bab penutup maka laporan yang sedang ku ketik ini selesai. Saat hendak mengambil pulpen pandanganku tertuju pada layar handphone yang sedari tadi ku simpan di tas. 7 panggilan tak terjawab dan 2 pesan masuk. Dari Aldo "Rena, maaf sepertinya hari ini aku tak bisa mengantarmu ke toko buku. Tenang ada yang menggantikanku dan aku yang memintanya." Satu pesan dari Kak Repal Bawel "Kamu di mana Ren? Kakak nunggu di parkiran kampusmu." Pesan itu hampir 1 jam yang lalu yang aku baru membacanya barusan. Bergegas aku bereskan semua pernak-pernik tugas pamitan pada penjaga perpustakaan. Semoga kak Repal masih ada.
Motor vespa berwarna putih tulang yang tak asing lagi. Dan pengendara berhelm merah. "Naik yuk cepetan aku lapar nih, ah kamu aku telpon gak diangkat. Udah lupa ya sama kakak sendiri? Atau berharap dijemput Aldo? Ayo naik cepetan, kita ke angkringan." Aku sempat terpaku untuk meyakinkan diriku bahwa yang dihadapanku adalah dia, sebelum naik ke motor vespa kesayangannya.
"Aku tahu kok teman-teman cerita terutama Aldo. Perempuan itu memang sedang dekat denganku, namun bukan berarti kau harus pergi? Ada hal dalam hidup yang tak perlu dipilih. Meskipun nanti aku jadi dengannya kau tetap adikku. Kamu tak akan kehilanganku, aku selalu ada di hatimu. Aku paham kok sifatmu selama ini semata karena kau tak ingin kehilanganku kan adik kecilku? Haha maklumlah aku kan kakak tertampan dan terimut di dunia ini." Ujarnya panjang lebar dan narsis seperti biasa saat sebelum ketakutanku datang.
Ya aku kini percaya perubahan, dan percaya dia tak pergi dia tetap kakakku. Kakak yang kutemukan setelah dewasa yang konyol namun mendapat tempat di hatiku.

0 komentar:

Posting Komentar

PERUBAHAN

| |

Haiii lagi rajin posting nih. Sebenarnya ini bukan cerita baru melainkan repost tulisan saya yang dimuat di kompasiana.com . Siapa tahu ada yang belum baca,monggo dibaca yuk daripada malam minggu menggalau tak jelas.



Setiap hal di dunia ini pasti akan mengalami perubahan. Tak ada yang statis, hal-hal yang ad di dunia ini akan mengalami kedinamisan. Tak ada yang sekedar diam. Perubahan itu ada. Walau terkadang kita mengingkarinya, bukan? Bukan mengingkarinya hanya saja pikiran kita berkata mengapa ini terjadi begitu cepat? Aku kira bukan sekarang mungkin esok atau lusa sepertinya akan lebih baik. Sebagian orang berpikir perubahan itu berjalan ke arah yang lebih baik dan menyenangkan namun dibagian lain ada yang merenungi perubahan dan dampaknya. Berusaha mengatakan tak akan ada yang berubahan meski terjadi perubahan dan semua  akan baik-baik sja ucap mulut mereka. Namun hatinya tetap berkata hal itu telah berubah dan berbeda dari dulu.
Ada yang berani berubah dan menginginkan perubahan. Sayangnya perubahan yang mereka lakukan tak konsisten. Ada pula yang takut untuk berubah. Sekali lagi bukan takut, namun khawatir perubahan itu menghilangkan sisi-sisi kehidupannya dan membawa serta kebahagiaan yang ada bersamanya. Siapakah yang sebenarnya salah? Aku, perubahan, keadaan, kau, mereka, atau bahkan tak ada satupun yang salah.
*******
Duduk merenungi apa yang telah terjadi selama ini. Cuma terdiam, bengong dan memandang kelap kelip lampu jalan raya di depan kamar kos. Apa sikapku selama ini padanya terlalu berlebihan, overprotektif kata teman-temanku. Ataukah kabar burung tentang perasaan lebih itu telah disampaikan angin padanya? Hingga dia enggan dekat denganku lagi. Mungkin dia merasa terkhianati karena kabar burung itu, terkhianati oleh seseorang yang selama ini sering berada disampingnya dan katanya berusaha mengubah perasaan yang telah terjalin menjadi tali kasih antara dua insan. Namun, mengapa dia mempercayai semua hal begitu saja? Jika dia memang mendapat kabar itu. Tapi di sisi lain, mungkinkah dia setega itu hingga terasa suatu perubahan? Perubahan yang dirasakan olehku tapi seperti tak ada yang beda menurutnya. Apa sosok lain lebih berarti bagi dia kini telah ada, maksudku telah ditemukan. Sosok perempuan manis, cantik, gemulai, lemah lembut dan tak pernah bicara panjang lebar. Ah, aku memang bukan siapa-siapa bagi dia. 
Apa aku harus menjauh dari kehidupannya seolah kita tak pernah berkenalan? Awalnya kita kan memang tak saling mengenal. Namun dia terlanjur menjadi bagian hidupku. Orang yang menciptakan sebagian tawa dan lelucon dalam hidupku, sosok yang menyediakan mata dan telinga untuk sekedar mendengar ocehan gadis ingusan sepertiku. Manusia yang tetap tertawa meski berkali-kali aku omeli seenaknya hanya karena sikapnya yang terlalu santai. Dia memang bukan seorang malaikat dia hanya manusia biasa namun tetap tak biasa di mataku. Menjauh dari hidupnya bukan hal mudah.
Kedekatan, sapaan akrab yang khusus sepertinya telah disalahartikan oleh beberapa orang. Termasuk oleh seseorang yang juga mengisi hatiku, namun berbeda posisi dengannya. Pernah tatapan  tak suka dia dapat dari seseorang itu, bahkan aku sendiri pernah mendapat sindiran "oh rupanya dia. Memang tampan dan cerdas. Kalau kau mencintainya lebih baik tinggalkan aku dan kembali padanya." Ucapan yang sukses membuat dia tertawa terbahak-bahak saat aku muncul dengan wajah mengkerut dan mata mulai memerah. "Ah sudahlah, kalau dia bilang seperti itu harusnya kau senang. Kalian belum ada status apapun dan ucapan dia tadi tanda dia juga menyukaimu. Bicaralah padanya nanti kutemani." ujarnya. Lalu kudatangi seseorang itu, wajah seseorang itu masih cemberut dan awalnya tak percaya dengan apa yang kukatakan melihat kedekatan dan cara kami saling menyapa. Aku memang menyayanginya namun bukan seperti perasaan padamu seseorang! Terima kasih kau akhirnya mau memahami bahkan bersmaku saat dia 'pergi'.
Minggu-minggu lalu, dua minggu lalu dia menghubungiku. Berbicara seperti biasa layaknya tak ada perubahan, handphonenya ternyata rusak dan aku telah salah paham karena menyangkanya sengaja menghilang. Aku merasa bahagia dia telah kembali, walau entah mengapa aku tetap merasa ada dinding tak tampak di antara kami berdua kini. Dia bilang untuk menemuinya di stasiun. Malam itu kuhabiskan dengan berbagai kemungkinan dan susunan cerita yang akan ku bicarakan padanya setelah sekian lama tak bertemu bukan karena berbeda kota, kesibukan masing-masing mungkin.
Seminggu setelahnya aku melihat dia. Tapi sepertinya lebih baik aku tak menemuinya. Telah ada seorang wanita di sana, bersamanya. Bukan cemburu. Aku tak mau disangka kekasihnya oleh perempuan itu atau orang yang menyukainya. Mereka terlihat begitu bahagia dan perempuan itu menggandeng tangannya. Aku pergi tanpa bertemu dengannya. Memilih ikut bahagia dan menghabiskan sepanjang hari itu dengan seseorang. "Kenapa kau terus bersikap seolah mengindarinya Ren? Aku tak kan marah lagi jika kamu dekat dengannya. Dia kan kakakmu hehe." Ujarnya.  "Terima kasih Do, kau mau memahamiku walau sampai sekarang kita masih tanpa status." sahutku tersenyum sebelum melanjutkan ucapanku.
"Aku takut Do,setelah dia menemukan seorang kekasih dia akan berubah, melupakanku seolah tak mengenalku lagi. Aku juga sadar diri kok, aku adik barunya yang datang setelah kmi tumbuh beranjak dewasa. Aku takut Do, dia mempercayai omongan orang bahwa yang kusukai adalah dia dan aku hanya memanfaatkanmu. Kamu masih ingtkan Do? Saat kita terakhir kali berkumpul bersma, kamu bertanya mengapa aku tak mengapa dia ikut serta? Waktu itu aku melihat dia sedang bersama seorang wanita aku pikir tak mau menganggunya, daripada nanti ajakan kita diacuhkan." ceritaku panjang lebar pada Aldo waktu itu.
"Perubahan itu memang ada dan kau harus meyakininya Ren. Semuanya akan baik-baik saja dan tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Kurangi egomu sedikit saja. Aku tahu kau merindukannya. Meskipun aku kini bebas bersamamu tapi aku juga tahu kau memerlukannya juga sosok kakak bagimu. Aku pernah ngerasain kok, bagaimana sedihnya saat orang yang kuanggap kakak terasa mengacuhkanku. Jangan ingkari hatimu seorang kakak dan adik itu tak perlu bertemu sedari rahim. Ada di antara adik dan kakak yang dipertemukan sesudah dewasa, di antaranya kamu dan dia. Dia kakak yang baik kok aku yakin." Ujar Aldo. Penuturannya barusan membuatku teperangah seakan aku baru sadar keegoisanku yang berharap dia yang datang lebih dulu dan ada saat aku sedih. Kemana aku selama ini, apa di baik-baik saja?
Dua hari setelah pertemuanku dengan Aldo masih tak ada kontak masuk dari dia, kakakku. Hingga satu pesan masuk ke handphoneku dari Aldo. "Ren, Repal sakit. Dia demam tinggi. Kalau dia masih bersatus sebagai kakakmu tengoklah dia bantu aku dan teman-teman menyembuhkannya." Dia sakit dan aku tidak tahu. Betapa cerobohnya aku sekarang. Setelah menyangka Aldo cemburu, lalu membiarkan seorang kakak sakit sendirian tanpa kutengok. Aku pergi ke sana bersama Aldo dan mendapati dia terbaring di tempat tidurnya, tersenyum lemah dan masih sempat mengajakku bergurau. Rasanya aku ingin memeluknya kalau saja aku tidak ingat dia sedang demam.
Perlahan kuhampiri dia di sisi tempat tidurnya, "kemana saja kamu Ren, apa sekarang yang jadi adikku Aldo heh?" tanyanya berhasil mengunci mulutku. Aku tak sanggup berkata keegoisan itu muali luntur meski setengahnya. Hatiku masih kesal karen dia pernah mengacuhkanku dan mengajakkku bertemu saat bersma perempuan lain. "Ah tidak aku kemarin sibuk." Ya sibuk dengan keegoisanku dan kekhawatiran. 
"Sibuk berduaan kali Ren sama Aldo haha." Dia malah menggodaku.
"Apa sih kak Repal, sudah diam nanti gak sembuh-sembuh." Tepat saat itu seorang perempuan masuk dan langsung menghampiri dia perempuan yang waktu itu aku lihat bersama kak Repal. Buru-buru aku beringsut ke arah Aldo dan memintanya mengantarkanku pulang. Aku beralasan pada Kak Repal, bahwa dosen menyuruhku ke kmpus untuk suatu urusan. Tapi aku tahu Aldo mengetahui yang sebenarnya.
"Ren, apa kamu mau hubungan kalian kembali seperti dulu? Rasanya kok aku kangen lihat duo aneh. Yang selalu tertawa. Kamu yang selalu mengomelinya setiap kali dia curi-curi pandang tiap lihat perempuan cantik, dan dia lalu mengejekmu sebagai nona galau."
"Aku juga Do apalagi. Kapan ya kita bisa berkumpul lagi?"
*******
Hari sudah semakin sore, namun aku masih di kampus. Menyelesaikan tugas di perpustakaan. Malas membawa daftar tugas yang bertambah untuk dibawa pulang. Lagian matahari masih bersisa sinarnya. Tinggal membuat bab penutup maka laporan yang sedang ku ketik ini selesai. Saat hendak mengambil pulpen pandanganku tertuju pada layar handphone yang sedari tadi ku simpan di tas. 7 panggilan tak terjawab dan 2 pesan masuk. Dari Aldo "Rena, maaf sepertinya hari ini aku tak bisa mengantarmu ke toko buku. Tenang ada yang menggantikanku dan aku yang memintanya." Satu pesan dari Kak Repal Bawel "Kamu di mana Ren? Kakak nunggu di parkiran kampusmu." Pesan itu hampir 1 jam yang lalu yang aku baru membacanya barusan. Bergegas aku bereskan semua pernak-pernik tugas pamitan pada penjaga perpustakaan. Semoga kak Repal masih ada.
Motor vespa berwarna putih tulang yang tak asing lagi. Dan pengendara berhelm merah. "Naik yuk cepetan aku lapar nih, ah kamu aku telpon gak diangkat. Udah lupa ya sama kakak sendiri? Atau berharap dijemput Aldo? Ayo naik cepetan, kita ke angkringan." Aku sempat terpaku untuk meyakinkan diriku bahwa yang dihadapanku adalah dia, sebelum naik ke motor vespa kesayangannya.
"Aku tahu kok teman-teman cerita terutama Aldo. Perempuan itu memang sedang dekat denganku, namun bukan berarti kau harus pergi? Ada hal dalam hidup yang tak perlu dipilih. Meskipun nanti aku jadi dengannya kau tetap adikku. Kamu tak akan kehilanganku, aku selalu ada di hatimu. Aku paham kok sifatmu selama ini semata karena kau tak ingin kehilanganku kan adik kecilku? Haha maklumlah aku kan kakak tertampan dan terimut di dunia ini." Ujarnya panjang lebar dan narsis seperti biasa saat sebelum ketakutanku datang.
Ya aku kini percaya perubahan, dan percaya dia tak pergi dia tetap kakakku. Kakak yang kutemukan setelah dewasa yang konyol namun mendapat tempat di hatiku.

0 komentar:

Posting Komentar

 

Menggapai Mimpi Copyright © 2012 Design by Antonia Sundrani Vinte e poucos